The Will to Grow

Mampukah kita melihat masalah sebagai anugrah dari Allah. Melihatnya sebagai petunjuk dari Allah bahwa ada yang belum beres untuk diperbaiki dalam diri kita. Bersyukur atas datangnya masalah itu, karena dengannya kita bertumbuh. Jadi tahu mana yang harus diperbaiki dalam diri kita. Jadi tahu disisi mana kita mesti bertumbuh. Mampukah?

Coba bayangkan jika hidup kita lempeng-lempeng saja tanpa ada halangan, tanpa ada masalah. Kira -kira apa yang akan terjadi pada diri kita. Seperti layaknya melaju di jalan tol. Mungkin kita akan memacu dengan kencang. Lupa untuk mawas diri. Mungkin sampai tujuan dengan cepat tapi lupa menikmati perjalanan, pemandangan indah di kiri kanan jalan.

The Will to grow. Hasrat untuk bertumbuh. Ini adalah anugrah.  Galau-galau yang kita rasakan adalah sebuah tanda. Jadi kalau sedang galau tidak usah galau. Syukuri hadirnya kegalauan itu. Bisa jadi itulah tanda dari Allah untuk kita bertumbuh, memperbaiki diri sebagai hambanya. Bisa jadi di kegalauan itulah kita belum lulus dan mesti remidi di masalah yang sama.

Contohnya: Galau karena merasa tidak berubah-ubah menjadi lebih baik, baik sebagai ibu maupun sebagai istri. Masih suka marah-marah. Sedih dan merasa gagal padahal sudah belajar sana sini, belajar ini itu. Tapi tetap saja terlihat belum ada perubahan. Apa yang salah denganku, Apakah Tuhan tidak mengizinkanku berubah? 

Benarkah kita sama sekali tidak berubah, bahkan 1% pun? Rasanya tidak mungkin. Allah sendiri yang telah berjanji dalam firman-Nya, "Tidak ada yang dapat merubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri". Maka jika kita sudah menetapkan hati dan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi lebih baik, Allah pasti akan membantu. Mungkin kita lah yang terburu-buru. Ingin perubahan itu segera terjadi secara instan. Hari ini belajar, besok langsung pintar. Hari ini mulai habit training, besok langsung terbiasa. Hari ini praktik, besok langsung lancar. Kita lupa bahwa semua butuh proses. Dan, tidak ada proses pertumbuhan yang gampang. Banyak yang harus kita hadapi, salah satu yang terbesar adalah mengatasi resistance to change yaitu entropi, kemalasan. Dia yang akan selalu menemukan celah pembenaran, untuk kita berhenti bahkan mundur. Dia hanya bisa dilawan dengan terus bergerak, bergerak dan bergerak meskipun pergerakan itu mungkin hanya 1 cm.

Perjuangan spiritual ini bukan tentang ingin menunjukkan bahwa kita sudah berubah menjadi lebih baik. Bahwa kita hebat karena telah berubah. Bahwa kita lebih baik dari orang lain dan orang lain lebih buruk. Tetapi semua ini karena kita menyambut panggilan Tuhan untuk menjadi lebih baik sebagai hamba-Nya.

Bersyukur karena setiap hari adalah kesempatan untuk bertumbuh. Terlepas dari apapun yang terjadi hari itu. Semua adalah anugrah Tuhan.

#RefleksikamisanHTC

Komentar

Postingan Populer