Minta Maaf Kepada Anak

Malam itu kami sedang bersantai. Saya duduk di kursi ruang tamu, sedangkan anak-anak bermain bersama. Mereka bermain di dekat vas bunga yang berisi air. Saya peringatkan mereka agar tidak bermain terlalu dekat dengan vas, khawatir vasnya terguling dan airnya tumpah. Benar saja, beberapa menit kemudian. Brak...vas bunga terguling dan tumpahlah seluruh airnya. Membasahi kursi tamu  dan lantai. Spontan saya berteriak karena kaget. Saya minta Raisa mundur menjauh dari genangan air. Lalu saya angkat tubuh Rafifa dengan kasar. Dan keluarlah segala omelan saya,
"Tuh kan benar, tadi Mama kan sudah ingatkan tidak usah bermain di situ, nanti vasnya tumpah!"
"Tuh sekarang kejadian vasnya tumpah basah semua kan!"
"Trus gimana seperti ini kursinya basah semua, lantainya basah semua!"
Saya mengomel sambil membersihkan lantai. Yang ada dikepala saya waktu itu, rempong dah ingin santai sebentar saja kok ya tidak bisa. Rafifa yang kaget saya teriak dan mengomel tak henti-henti terlihat merasa ketakutan. Wajahnya yang polos menatap saya. Tapi kemarahan saya belum reda. Meskipun hati saya berdesir ada rasa sesal saat melihat wajahnya. Ingin rasanya saya tersenyum padanya, tapi bibir saya terasa kaku.

Saat saya keluar rumah untuk menjemur bantalan kursi, mulut saya masih mengomel tapi adult brain saya mulai bereaksi.
"Duh kenapa harus mengomel sih, bukannya air di lantai bisa dibersihkan?"
"Bukannya kursi yang basah, bisa dijemur?"
Begitu recehnya saya, marah untuk hal yang sepele. Saya tarik napas panjang untuk meredakan emosi. Penyesalan menyelimuti hati.

Setelah kondisi hati mulai tenang, lantai juga sudah saya bersihkan. Saya dekati Raisa dan Rafifa. Mereka masih terlihat takut. Saya pegang lembut badan mereka. Saya pandangi mereka satu persatu. Lalu mulai berkata,
"Raisa, Rafifa Mama minta maaf ya!" "Tadi tuh Mama kaget karena airnya tumpah"
"Mama takut kalian terpeleset".
"Maaf ya tadi Mama marah, Mama teriak"
"Maaf ya Nak!"
Saya peluk mereka satu persatu.
Khusus untuk Rafifa yang menumpahkan air, saya minta maaf lagi, karena pasti dia merasa sangat bersalah.
"Maaf ya Dek, tadi Mama marah"
"Lain kali hati-hati ya Nak!"
Saya peluk dia sekali lagi.

Sebagai orangtua, terkadang bahkan mungkin sering kita melakukan kesalahan. Baik kesalahan yang disengaja karena kurangnya kontrol diri. Maupun kesalahan yang tidak disengaja karena kurangnya ilmu. Dimata anak-anak, kita adalah orang yang lebih besar dan lebih tahu segalanya. Tapi mereka juga perlu tahu, bahwa orangtua adalah manusia biasa yang tidak sempurna. Terkadang juga melakukan kesalahan. Disaat inilah gengsi harus ditanggalkan. Meminta maaf kepada anak atas segala kesalahan yang telah kita perbuat.

Selain membantu mengurangi penyesalan kita, meminta maaf pada anak juga dapat menjadi teladan yang baik bagi anak. Bahwa saat kita bersalah, maka kita harus minta maaf. Ketrampilan dasar ini harus diajarkan pada anak sejak dini. Menurut Okina Fitriani dalam bukunya Enligtening Parenting, anak yang jarang dimintai maaf akan sulit meminta maaf. Bukan karena tidak mau, tapi karena mereka tidak tahu. Bagaimana caranya, kapan, dan kenapa  harus meminta maaf.

Jadi, meminta maaf kepada anak bukan hanya tentang menggugurkan kewajiban kita karena telah berbuat kesalahan. Tapi juga memberikan teladan yang baik kepada anak. Semoga Allah memampukan usaha kita untuk menjadi orangtua yang lebih baik.
Kudus, 13 November 2018

Sumber pustaka : Buku Enlightening Parenting


Komentar

Postingan Populer