Let's Do It

Urusan "pergombalan" adalah beban bagi saya. Nyuci, okelah dibantu mesin. Nggak bersih-bersih amat sih, dibanding cuci tangan, tapi ini pilihan terbaik saat ini.

Menjemur baju, okelah masih senang, karena saya senang menata dan mengklasifikasikan baju saat menjemur. Setidaknya, ada rasa puas saat melihat seluruh baju terjemur dengan rapi.

Nah, setelah baju kering ini yang mulai jadi beban. Diangkat lalu ditumpuk begitu saja. Sedikit- sedikit lama-lama menjadi bukit. Bikin sepet di mata. 

Maunya sih, di lipat setiap hari, apa daya rasa malas yang terbalut urusan ini itu tak bisa dibendung. Laundry setrika akhirnya jadi pilihan.

Delegasi pekerjaan menjadi alasan yang mumpuni. Kan mending nih waktunya buat anak-anak. Alasan yang sangat berkelas.

Nyatanya anak-anak juga masih sering dibiarkan main sendiri. Mereka sudah sibuk dengan diri mereka sendiri. Sudah tidak 100% mengandalkan mamanya.

Sampai suatu hari, entah kenapa kangen sekali setrika. Sebenarnya karena si sulung berulang kali bertanya kenapa harus  ke laundry mama? Dia tahu mamanya bisa dan pernah menyetrika, tapi kenapa harus di laundry? Mungkin itu keheranannya.

Nggak mungkin dong mama bilang mama sibuk atau malas jadi bisa didelegasikan. Lha dia sering lihat mamanya pegang hp juga. Mama hanya menjawab, "Sudah terlalu banyak Sa, setrikaannya!".

Tapi di hati kecil mama, mama malu. Iya ya mama sebenarnya bisa setrika dan mampu setrika, hanya mama belum bisa atur waktu dan energi saja.

So, suatu hari mama bertekad mulai setrika sendiri lagi. Dimulai dengan membeli papan setrika untuk memudahkan. Mencicil saat tumpukan baju masih sedikit.

Dan, ini komentar Big R saat melihat mama setrika lagi untuk pertama kali,

"Mama sekarang sudah bisa setrika ya?" 
Duh malunya Nduk...
Mama hanya bisa jawab iya..
Tak lama kamu pun izin untuk membantu mama setrika.


Baiklah, mungkin inilah saat untukmu latihan. Mungkin inilah saatnya mama untuk mengalahkan ego kemalasan mama. Demi diri mama dan dirimu.

Di masa dewasamu nanti, mungkin sudah ada mesin yang tidak hanya bisa mencuci, tapi sekaligus menyetrika dan melipat dengan rapi. Tapi, kepuasan mampu melakukan sesuatu sendiri itu tak tergantikan Nak.

Meskipun itu untuk hal yang sepele dan remeh temeh. Kepuasan bahwa kita mampu mengandalkan diri sendiri karena memang kita bisa. Hanya butuh kemauan saja.

Bukan karena tinggi hati, namun
sebagai bentuk rasa syukur atas karunia sehat yang diberikan Allah. Dan, ini hanya bisa kamu rasakan saat kamu melakukan. Terimakasih sudah mengingatkan Mama.


Ini bukan berarti kamu harus bisa melakukan semuanya sendiri. Yang terpenting adalah kamu belajar mawas diri. Tahu kapan saatnya mendelegasikan dan kapan saatnya untuk melakukan sendiri.

Pun, jika sekali waktu kamu melihat mama malas (lagi). Tidak apa-apa. Itu juga bagian dari pembelajaran. Bahwa mama itu tidak sempurna. Ada naik dan turunnya. Ada rajin dan malasnya. Bangkit kembali itu yang harus kita lakukan. That's the point.

Saat kamu menjadi ibu, kamu tidak harus berjuang menjadi sempurna. Mampu melakukan semuanya sendiri. Tapi kamu harus selalu berjuang untuk menjadi ibu yang bahagia. Karena, kebahagiaan keluargamu tergantung pada kebahagiaanmu. Happy Mother, Happy Family.
Kudus, 23 Januari 2020


Komentar

Postingan Populer