Kamu, Adalah Apa Yang Kamu Makan!

"Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya". 
(QS. Abasa:24)

Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol dengan seorang teman. Ibu dari 2 orang putri seperti saya. Awalnya kami mengobrol tentang manajemen memasak.

Saya ingin tahu bagaimana cara dia manage masaknya ditengah kesibukan yang luar biasa. Masih bisa masak pagi, masak untuk makan siang bahkan membuat snack untuk anak-anak.

Pembicaraan merambah ke kurusnya anak-anak kami. Padahal mereka sama-sama doyan makan. Saya melihat sendiri, putri bungsunya doyan segala makanan. Mulai dari singkong, jagung, pisang rebus, segala sayuran, lauk pauk dan buah-buahan.

Hal itu menambah keheranan kami. Membuat kami bertanya-tanya, lalu apa penyebab anak-anak kami nggak naik berat badannya. Ajeg aja di angka yang sama selama berbulan-bulan.

Kami memang sama-sama tidak membebaskan anak-anak makan sembarang makanan. Semisal, mie instan, minuman instan dan makanan junk food lainnya. Boleh sih, tapi ada batasnya. Dan, sesekali saja.

Lalu teman saya ini bercerita, 
"Ada lho tetanggaku yang dikasih makan apa aja, boleh makan apa aja, tapi dia sehat dan gemuk ipel-ipel".

Saya jadi inget juga dengan teman suami yang juga mengizinkan anak- anaknya makan makanan apa aja. Mau makanan sehat, nggak sehat, mau jajan apapun silahkan. Terserah mau makan apa saja yang penting mau makan.

Nah dua kasus itu. Membuat saya kepikiran, apa sebaiknya memang gitu ya, anak-anak nggak usah terlalu diatur makan apa, biarin aja mereka makan apa aja yang penting gemuk.

Lalu, teman saya ini menimpali, 
"Ya jangan gitu juga Mbak, anaknya temenku dibiarkan makan apa aja, dirumah tiap hari disediakan soda, mie, dan berbagai makanan instan lainnya. Anaknya masih kecil, baru SD kelas 4, sudah sering banget masuk rumah sakit dengan sakit yang macam-macam!"

Hmmm... Iya juga sih, jadi ingat juga dengan muridnya teman suami. Meninggal karena gagal ginjal di usia dini karena hampir setiap hari sarapan mie dan teh instan.

Mungkin tubuh kita tidak bereaksi saat itu juga. Saat menyantap makanan tidak sehat. Tapi, racun itu menumpuk dalam tubuh. Mempengaruhinya sedikit demi sedikit. Dan pada suatu menunjukkan efeknya.

Tapi ada juga nih kasus yang sebaliknya. Seorang teman bercerita. Ibunya sangat protektif soal makanan kepada anak-anaknya. Mereka tidak boleh jajan sembarangan. Bekal sekolah dan kuliah harus bawa dari rumah. Masakan sehat buatan ibu.

Sampai teman saya ini kerja dan memiliki uang sendiri. Dia bebas jajan sesukanya. Hasilnya, tubuhnya protes karena nggak terbiasa makan sembarangan. Diare, mual dan muntah.

Nah, saat sekarang dia punya anak. Teman saya memutuskan untuk tak terlalu protektif soal makanan. Bukan berarti membebaskan sebebas-bebasnya. Dia tetap mengijinkan anaknya makan makanan yang tidak sehat dalam porsi yang terbatas. Agar tubuhnya tahan banting.

Menilik pada beberapa kasus di atas, kesimpulan saya ya... Santuy Mom. Sewajarnya saja. Tidak usah terlalu protektif. Tapi juga jangan terlalu bebas. Bagaimana pun yang dibutuhkan tubuh adalah makanan yang sehat.


Lidah pun juga perlu dibiasakan dengan rasa makanan sehat. Seperti rasa buah dan sayur. Jika sudah terbiasa, maka sehari saja tidak makan sayur dan buah. Terasa ada yang kurang.

Dan, yang lebih penting adalah pembiasaan pola hidup sehat. Anak yang terbiasa makan makanan sehat. Saat dewasa, dia akan mempertahankan kebiasaan tersebut.

Pun, sebaliknya jika sejak kecil sudah terbiasa makan sembarangan. Maka sampai dewasa dia juga akan cenderung makan sembarangan.

Padahal, makanan sehat berpengaruh pada kualitas hidup yang baik. Jadi penting dong membiasakan anak makan makanan yang sehat sejak dini.

Jadi ingat ini, 
"Mati adalah urusan Allah, tapi sehat adalah urusan kita".

Yuks ah Moms, biasakan anak makan makanan yang sehat, bukan supaya anak gemuk tapi supaya anak sehat. Sehat lahir dan batin. Jika dia sehat lahir batin, maka dia dapat mengoptimalkan potensinya. Bermanfaat bagi sesama. 
Kudus, 10 Desember 2019


Komentar

Postingan Populer