Hadiah Istimewa

Bulan Oktober adalah bulan ulang tahun Mama dan Raisa. Eh...  Teman baru Raisa di perumahan ternyata juga ulang tahun di bulan oktober.

Jadilah hebohnya bertambah-tambah. Sejak awal bulan oktober, Raisa heboh dengan ulang tahunnya.

"Mama ini tanggal berapa?"
"Ulang tahunku kurang berapa hari lagi Mama?"
"Faris ulang tahunnya tanggal 9 lho Ma!"
"Faris pas ulang tahun, dikasih hadiah drone lho Ma sama Mama Ayahnya!"
"Pas ulang tahunku, aku mau di ajak ke snowing ya Ma!"
"Aku mau di kasih hadiah Titi, baju yang ada lampunya ya Ma!"

Sebenernya di keluarga kami, tidak ada tradisi khusus merayakan ulang tahun. Namun, seiring dengan usia dan pertemanan Raisa. Dia jadi semakin tahu ulang tahun itu seperti apa.

Bahwa ada beberapa orang yang merayakannya, ada kue ulang tahun, ada hadiah, ada bingkisan snack, balon dan lainnya.

Tapi ya tetap saja tidak ada perayaan ulang tahun di keluarga kami. Meskipun kadang Raisa sangat menginginkannya.

Sudut pandang kami tentang pemberian hadiah juga berubah. Setelah kami menonton film "Little House".

Saat itu, episode menceritakan tentang hadiah natal untuk seluruh keluarga. Masing-masing anggota keluarga sibuk menyiapkan hadiah.

Uniknya, hadiah yang mereka siapkan adalah hasil karya tangan mereka sendiri. Kalau pun membeli, memakai uang hasil kerja kerasnya sendiri. Jadi, hadiah itu terasa istimewa.

Pa menerima pekerjaan ekstra, lembur sampai malam. Demi bisa membelikan kompor impian Ma. Ma menjahit sendiri baju untuk Pa. Ma juga merajut topi musim dingin untuk Laura dan syal untuk Mary. Mary bekerja paruh waktu di tempat penjahit, agar bisa punya uang untuk membeli kain. Kain itu ia jahit dengan bantuan bu penjahit untuk Pa. Laura rela menjual kuda poni kesayangannya agar bisa membelikan kompor impian Ma.

Saat itu kami menonton bersama. Jadi sedikit banyak, Mama menceritakan isi filmnya kepada anak-anak.

Sejak itu, jika Raisa dan Rafifa meminta hadiah atau hendak memberi hadiah. Saya tekankan, baiknya hadiahnya adalah hasil karya dia atau dibeli dengan hasil tabungannya.

Dan, hadiah itu diberikan secara sukarela oleh si pemberi hadiah. Jika pemberi hadiah (misal: Ayah, Mama atau Titi) ada rezeki dan ingin memberi hadiah kepada mereka ya Alhamdulillah. Jika tidak, juga tidak apa, terserah si pemberi. Jadi, bukan kita yang memaksa mereka memberi hadiah. Hadiah itu pemberian. Juga tidak harus di saat ulang tahun. Boleh kapan pun.

Di hari ulang tahun Mama, Raisa berinisiatif memberi hadiah Mama dari mainan yang dia punya. Awalnya dia membungkus spons cuci piring baru (yang sudah jadi mainannya). Di jam yang lain. Dia membungkus lagi kaos kaki baru Mama yang ada di almari. Untuk sentuhan personalnya, dia menulis namanya di kertas pembungkus hadiah.


Semalam saat ulang tahun temannya. Raisa melakukan hal yang sama. Awalnya dia bertanya, apa ya hadiah yang tepat untuk Faris. Mama bertanya balik, Faris sukanya apa. Raisa menjawab, Faris suka peta, robot, perang-perangan, dan mobil-mobilan.

Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia menemukan ide. Memberi Faris peta kebun binatang gembira loka yang kami peroleh saat kesana.

"Nah, ini kan ada petanya Ma, Faris aku kasih ini aja ya?"

Lalu dia membungkus hadiahnya. Mama membantu menambahkan hiasan pita. Dia juga minta di kertas pembungkus kado nya di tulis, "Selamat Ulang Tahun Faris". Mama minta dia menulis dengan tangannya sendiri. Karena Raisa belum bisa membaca. Mama memberi contoh di kertas yang lain, lalu dia mencontohnya.

Rafifa tak kalah heboh. Setelah tahu kakaknya telah menemukan ide hadiah untuk Faris. Dia bingung mau memberi hadiah apa.

Akhirnya Mama memberi ide untuk membuat kapal atau pesawat dari kertas origami. Ayah yang membantunya membuat kapal itu. Setelah dibungkus rapi, dia menyusul kakaknya yang sudah lebih dahulu berangkat ke rumah Faris.

Setelah mereka pergi, Mama dan Ayah mengobrol.

"Duh Yah, gimana ya tanggapannya Mamanya Faris. Hadiah dari anak-anak kan sederhana banget. aku kok jadi nggak enak Yah!. Apa aku WA aja Mamanya ya Yah!"

Akhirnya Mama WA Mamanya Faris untuk menceritakan perihal hadiah dari anak-anak. Alhamdulillah Mamanya bisa mengerti, karena memang ulang tahun Faris tidak dirayakan. Hanya potong kue saja bersama keluarga.

Bukan apa-apa sih, karena terkadang apa yang baik menurut keluarga kita, belum tentu ditanggapi baik oleh keluarga lain. Nah, komunikasi yang baik bisa menjembatani itu.

Hadiah yang diberikan anak-anak mungkin tidak seberapa dan tidak ada "nilai materialnya". Namun hadiah itu diberikan dengan sepenuh perhatian dan kasih sayang. Dipikirkan secara personal bagi penerimanya. Disiapkan sepenuh hati. Dengan usaha mereka sendiri. Poin itu yang ingin kami ajarkan kepada anak-anak tentang esensi sebuah hadiah.
Kudus, 10 Oktober 2019

Komentar

Postingan Populer