Belajar dari Bapak Habibie


Tanggal 11 September 2019, adalah hari berkabung nasional bagi bangsa Indonesia. Presiden ketiga RI, Bapak B.J. Habibie tutup usia. Seluruh rakyat Indonesia berduka. Termasuk saya. Pak Habibie memiliki kesan yang mendalam bagi saya.

Esok harinya, kami (saya dan anak anak) menonton siaran ulang proses pemakaman Pak Habibie di televisi. Kami mendengar kesan dari sahabat dan orang-orang terdekat beliau. Sungguh, Beliau orang yang baik.

Anak-anak, terutama Raisa bertanya banyak hal. Rafifa pun kadang menimpali.

"Mama itu siapa?"
"Meninggalnya kenapa?"
"Umurnya berapa?"
"Kenapa banyak orang Mama?"

Lalu saya pun menjelaskan bahwa nama Beliau adalah Eyang Habibie. Beliau orang yang baik. Maka saat meninggal banyak yang bersedih. Sedih karena ditinggal orang yang begitu baik.

Dia pun menimpali,
"Mama orang baik?"
"Menurut kamu Sa?"
"Orang baik!".
"Aku juga mau jadi orang baik!"

Malam itu, hati saya berdesir. Berdoa semoga Eyang Habibie di terima di sisi Allah. Berharap, saya dan keluarga bisa mengikuti jejak Beliau. Menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Esok harinya, setelah bermain Big R bertanya tentang kiamat.

"Mama, kiamat itu sebentar lagi ya?"
"Mama nggak tahu Nak. Tidak ada yang tahu kapan kiamat terjadi. Hanya allah yang tahu!"
"Kiamat itu apa Ma?"
"Kiamat itu hancurnya seluruh bumi!"
"Seperti kayak ada gempa gitu ya Ma!"
"Ya, salah satunya gitu!"

Dia terdiam.

"Raisa ingat Eyang Habibie? Yang kemarin meninggal?"
"Ingat Ma!"
"Beliau orang baik yang melakukan banyak kebaikan. Jadi, Allah sayang Eyang Habibie. Setelah meninggal Beliau akan masuk surga yang indah".
"Oh kayak hidup lagi gitu ya Ma?"
"Iya ... Kayak hidup lagi terus sekarang hidupnya di surga.
"Raisa juga mau seperti itu?"
"Iya Ma!".
"Nah, kita jadi orang yang baik, jadi anak yang baik, teman yang baik. Bisa bermanfaat buat orang lain.
Jadi Allah sayang sama kita.
Kalau terjadi kiamat kita nggak khawatir karena Allah akan melindungi kita!".
"Oh jadi kita nggak mati ya Ma?"
"Ya tetap mati" ... Tapi nanti dihidupkan lagi sama Allah terus masuk surga. Insyaallah!"
"Iya Mama!"

Masyaallah Eyang Habibie, sungguh engkau orang yang baik. Bahkan kematianmu pun memberikan pembelajaran.

Pak Habibie, meskipun saya tidak mengenalnya secara pribadi. Kesan mendalam sudah saya rasakan di awal pernikahan kami. Film pertama  (dan terakhir sampai saat ini) yang kami tonton pertama adalah Film Ainun dan Habibie. Waktu itu, saya sedikit memaksa suami untuk menonton bersama. Saya ingin, kami sama-sama belajar tentang relasi suami istri dari Bapak Habibie dan Ibu Ainun.

Secara tidak langsung, Bapak Habibie dan Ibu Ainun memberikan pengaruh yang positif pada keluarga kami. Sedikit banyak saya memperoleh gambaran menjadi seorang istri yang baik melalui Bu Ainun. Seorang isteri yang rela meninggalkan ambisinya demi mendampingi suami. Memberi dukungan penuh pada suami.

Lalu, saat ada film Rudy Habibie. Saya juga menonton dan belajar tentang kegigihan Pak Habibie menggapai cita-citanya. Cita-cita yang tidak hanya untuk dirinya sendiri. Namun, juga untuk agama Nusa dan bangsanya.

Dari film itu, saya juga belajar dari Ibu Bapak Habibie yang tak kenal lelah memberi dukungan pada putranya tercinta. Berjuang sekuat tenaga meskipun tanpa suami, menyekolahkan anaknya sampai cita-cita mereka tercapai.

Dari Pak Habibie, saya belajar banyak hal. Lakukan saja kebajikan, dan bermanfaat lah untuk orang lain. Allah yang akan mengurus hidupmu. Selamat jalan Eyang. Semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin



Komentar

Postingan Populer