Ya Allah, Jadikan Aku Ibu yang Sabar!


Setiap kali aku berdoa agar Allah menjadikanku ibu yang sabar. Setiap kali pula Allah mengujiku dengan beragam tingkah polah anak-anak yang menguji kesabaranku. Dan, ironisnya aku gagal dalam setiap ujian itu. Padahal kalau dipikir-pikir setelahnya, apa yang anak-anak lakukan itu sesuatu yang sangat sepele dan tak terlalu memancing kemarahan.

Seperti sore ini, saat Big R pamit untuk buka puasa di masjid tapi ternyata dia main ke rumah temannya. Saat saya intip dari balik jendela, 2R belum ada di masjid padahal sebentar lagi sudah waktu berbuka puasa. Rasa marah saya membuncah. Pertama, karena dia nggak amanah. Pamitnya kemana perginya kemana. Kedua, hari sudah jelang maghrib. Peraturan di rumah kami, maghrib nggak boleh main ke rumah teman dan harus ada di rumah. Kecuali ada momen buka puasa seperti bulan ramadhan.

Akhirnya, saya putuskan menjemput mereka. Saya bilang ke diri sendiri, "Nggak boleh marah... Nggak boleh marah!". Eh … Saat bertemu anak-anak, nggak bisa nahan, amarahnya keluar juga. Ngomel sana sini. Padahal lho ya, kan wajar anak-anak lupa waktu saat main, diingatkan baik-baik saja kan bisa. Tak perlu marah-marah. Tapi masih juga marah.

Masih di malam yang sama, saat berbuka bersama di rumah. Saya taruh HP di lantai setelah mengirim pesan. Little R yang bolak balik jalan, menginjak HP saya dua kali. Meledaklah amarah saya, dengan langsung mencubit kakinya. Padahal lho ya... Itu juga salah saya, yang taruh HP sembarangan. Dan bisa juga kan anak diingetin baik-baik.

Tapi beneran, saat amarah membuncah, sulit sekali mengendalikannya. Entah tindakan atau perkataan. Pikiran yang rasional entah pergi kemana. Spontanitas aja gitu marahnya. Mungkin ini yang dimaksud ujian kesabaran. Sabar untuk menahan amarah. Hmmm…. Atau memang saya yang tukang marah???

Apapun itu. Setiap hari saya berdoa kepada Allah agar saya bisa menjadi ibu yang sabar. Karena, marah-marah itu nggak enak. Nggak tenang. Rasa bersalahnya membuat diri merasa tidak berharga. Berdoa adalah salah satu cara saya untuk lebih baik dalam mengelola emosi. Beberapa metode sudah saya gunakan, dan semuanya belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Saya berharap dengan berdoa, Allah akan membantu saya mengatasi masalah saya ini. Saya yakin Allah dapat membantu saya.

Namun, kenapa doa saya belum dikabulkan? Justru ujian kesabaran mengelola amarah semakin datang bertubi-tubi. Mungkinkah doa doa yang saya panjatkan selama ini salah?
Mungkin juga. Kata Ustad Danu, jangan berdoa minta kesabaran. Baik itu kesabaran menghadapi tantangan hidup, menghadapi pasangan, anak, tetangga, ataupun teman. Karena, untuk mengetahui kita sudah sabar atau belum ya dengan ujian. Kalau lulus dengan ujian itu berarti kita bisa disebut sabar. Sebaliknya kalau nggak lulus ya bakal ada ujian lagi. Ya benar juga sih, merasakan sekali saat aku berdoa minta kesabaran dalam mengasuh anak. Ada saja tingkah polah mereka yang menguji kesabaranku. Saat aku gagal, ujian yang sama dalam peristiwa yang berbeda akan terulang lagi.

Terus berdoanya apa dong?
Masih kata Ustad Danu, berdoanya semoga Allah memudahkan urusan dalam....
"Mengasuh dan mendidik anak"
"Mengelola emosi"
"Berkomunikasi dengan pasangan"
"Hubungan dengan teman dan tetangga"

Mungkin doa itulah yang lebih tepat karena lebih fokus pada masalah yang saya hadapi. Lebih detail. Bukan karena Allah nggak akan paham kalau nggak detail. Tetapi kalau lebih detail, maka juga akan memberikan sugesti tersendiri bagi saya yang berdoa. Lebih jelas ke pokok masalahnya, sehingga saya pun lebih mudah menyelesaikannya. Semoga dengan berdoa lebih tepat, Allah akan membantu saya menjadi ibu yang mampu mengelola emosi. Lebih baik dalam mendidik dan mengasuh anak. Aamiin
Kudus, 23 Juni 2019

Komentar

Postingan Populer