Belajar dari Bu Ani Yudhoyono

"Yah kalau aku meninggal, Ayah nangis apa tidak seperti Pak SBY yang ditinggal Bu Ani?"
"Tidak, biasa saja, sudah ketentuan Allah"
"Ya nggak gitu Yah, kan berpisah dengan orang yang disayang tetap sedih! "
"Ya kan sudah ketetapan Allah"
"Ya berarti Ayah belum selevel Pak SBY"
Dan beliau diam....
Setelah menonton pemakaman Bu Ani, saya pun tersadar bahwa saya lah yang belum jadi istri selevel bu ani😭. Jadi memang belum layak di tangisi suami saat meninggal.

Siapa yang tidak sedih dan terharu mendengar wafatnya Bu Ani. Saya yakin setiap rakyat indonesia yang mendengarnya merasa kehilangan. Beliau adalah ibu negara selama 10 tahun, sedikit banyak memberi pengaruh positif pada perkembangan negara. Meskipun secara pribadi saya tidak mengenal beliau. Tapi ada rasa haru yang menyergap saat mendengar beliau berpulang. Dan entah kenapa saya ingin menyaksikan acara pemakaman beliau. Penasaran, seperti apa "orang besar" di makamkan.

Rasa penasaran saya berbuah manis.
Banyak pelajaran yang saya peroleh setelah menyaksikan pemakaman Ibu Ani. Saya begitu terkesan dengan keluarga beliau yang begitu kompak menjaga beliau saat sakit. Dari mulai suami, anak-anak sampai menantu. Pun saat meninggal, putra-putranya yang sudah tidak kanak-kanak lagi terlihat sangat sedih. Bahkan tidak malu menunjukkan tangisnya. Saya merasakan ini bukan hal biasa. Saya yakin ada hal istimewa yang dimiliki Bu Ani sebagai seorang istri dan Ibu. Sampai suami dan anak-anaknya terlihat begitu terpukul dengan kematiannya.

Satu pertanyaan saya, apa yang membuat beliau sangat istimewa di mata keluarganya?

Dan, pertanyaan saya sedikit banyak terjawab saat menonton wawancara salah satu stasiun TV dengan staf khusus Bu Ani. Menurutnya Bu Ani sangat baik dan perhatian terhadap keluarganya. Beliau selalu menyiapkan setiap detail kebutuhan Pak SBY. Seperti makanan dan minuman yang disantap Pak SBY. Apa yang disukai dan tidak disukai Pak SBY, Bu Ani tahu. Bu Ani, juga rela meninggalkan kuliah kedokteran nya demi mendampingi Pak SBY yang seorang tentara. Berpindah-pindah tugas dari satu tempat ke tempat lain. Tentu itu bukan pengorbanan kecil, apalagi di awal pernikahan. Dimana ego dan eksistensi masing-masing pribadi masih menonjol. Pengorbanan besar Bu Ani ini pasti membela dalam ingatan dan hati Pak SBY sebagai suami. Istri yang rela melepaskan egonya demi kepentingan keluarganya bukan istri biasa. Dia adalah istri luar biasa.

Selanjutnya, Beliau dengan sepenuh jiwa mendedikasikan hidupnya pada keluarga. Fokus mendukung karier suami serta mengasuh dan mendidik anak-anak. Ini adalah hal biasa dan umumnya dilakukan oleh seorang ibu. Tetapi, hal yang sangat biasa ini ternyata mampu menimbulkan kesan mendalam bagi keluarganya.
Saya jadi berpikir. Mungkin memang tidak butuh hal yang rumit untuk menjadi istri dan ibu kesayangan. Cukup dengan menjalankan peran yang baik sebagai istri dan ibu. Melaksanakan tugas dan kewajiban seorang istri dan ibu. Mendukung dan melayani suami dengan baik. Mendidik serta merawat anak anak dengan penuh kasih sayang.

Terlihat sangat mudah kan? Tapi tidak, karena kenyataannya sebagai ibu baru hal di atas tidak serta merta mudah dilaksanakan. Melepaskan ego, ini hal pertama yang harus dilakukan. Mengutamakan kepentingan keluarga di atas segalanya. Bahkan di atas kepentingan eksistensi diri yang masih membuncah. Hal kedua adalah bersedia melayani suami dan anak-anak. Bukan hal mudah untuk kita yang terbiasa hidup sendiri. Apalagi buat saya yang anak tunggal, tidak terbiasa melayani orang lain. Bu Ani yang anak seorang jenderal, rela menyiapkan dan melayani suami dna anak-anaknya. Sungguh, pembelajaran yang luar biasa.

Saya yakin dari setiap usaha kita untuk menjadi istri dan ibu yang baik. Akan selalu ada hasil yang baik. Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Bukan hanya sekedar tangisan suami dan anak-anak saat kita pergi. Tapi, kenangan indah akan kasih sayang seorang istri dan ibu yang terus menemani kita. Membantu kita tumbuh menjadi pribadi yang juga penuh kasih sayang. Semoga Allah memampukan saya menjadi istri dan ibu yang demikian. Aamiin
Kudus, 22 Juni 2019

Komentar

Postingan Populer