Dandangan, Tradisi Tahunan yang ditunggu Anak-anak

"Ma dandangan udah mulai Ma!"
Seru Raisa saat kami melewati arena permainan di dekat pasar Jember.
Dandangan memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak terutama raisa yang kali ini memasuki tahun kelimanya menikmati dandangan. Sedangkan Rafifa yang memasuki usia tiga tahun juga sudah mulai mengerti tentang dandangan. Meskipun sebatas senang karena disana kita beli-beli.

Dandangan adalah salah satu tradisi tahunan di Kudus menjelang bulan Ramadhan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini kami juga tidak absen untuk meramaikan dandangan. Bersama Titi, ayah mengantar kami ke alun-alun. Berangkat sore hari menjelang magrib kami sholat magrib dulu di masjid agung Kudus. Selesai sholat, kami melanjutkan perjalanan dimulai dari alun-alun Kudus sampai jembatan kali gelis lalu putar balik kembali ke alun-alun. Rafifa yang mulai menikmati dandangan berjalan dengan ceria. Kami melewati banyak penjual, ada makanan, pakaian, karpet, aksesori interior rumah, mainan, alat masak dan berbagai rupa barang lain yang dijual di dandangan sepanjang jalan dari alun alun Kudus sampai pasar Jember. Ada juga yang menjual binatang peliharaan yaitu kelinci dan hamster. Anak anak cukup menikmati saat melihat mereka. Mereka meminta berhenti sejenak saat melewatinya.


Di dandangan juga ada penjual buku-buku bekas. Kalau pintar memilih kita akan menemukan buku-buku bagus dengan harga murah. Seperti malam itu, saya menemukan buku cerita franklin dengan harga Rp. 10.000 saja. Ada juga buku yang dijual seharga Rp. 5000.


Seperti tahun-tahun sebelumnya yang khas dari dandangan adalah mainan masak-masakan yang terbuat dari tanah atau biasa disebut kreweng. Tentu saja kesempatan ini tak kami lewatkan. Anak-anak saya biarkan memilih sendiri kreweng yang mereka suka. Harganya Rp. 2000 per item. 2R masing-masing mengambil lima item. Saat dibawa lumayan berat juga, padahal kami masih harus berjalan cukup jauh. Pengalaman nih, tahun besok beli krewengnya sana ayah saja naik motor agar tidak terlalu berat membawa.


Tak lama berjalan, kami bertemu Mbak Dinar, tetangga sebelah rumah yang membantu jualan makanan. Karena kami yakin makanannya bersih, maka kami membeli makanannya sebagai pengganjal perut yang lapar setelah lelah berjalan. Makanan yang kami beli adalah telur gulung. Lumayan enak rasanya, kami sampai harus membeli lagi karena ternyata anak-anak ingin nambah lagi harga seporsinya Rp. 10.000 dengan lima tusuk telur gulung.


Setelah puas makan dan istirahat kami melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan, Rafifa memohon dibelikan balon yang tangkainya ada lampu kelap-kelip warna warni. Sedangkan Raisa ingin dibelikan perahu otok-otok. Akhirnya mama membelikan keduanya mainan yang mereka inginkan.



Menjelang akhir perjalanan Raisa melihat lagi baju LOL yang dilihatnya diawal perjalanan. Dia mengungkapkan keinginannya untuk dibelikan baju itu saja dan menolak  membeli perlengkapan mainan barbie.
"Aku beli baju LOL aja Ma, nggak usah beli itu, lain kali aja!" begitu ungkapnya saat melewati lapak mainan barbie.
Perjalanan malam itu kami akhiri dengan makan malam di geprek bensu alun-alun sambil nunggu ayah menjemput.
Kudus, 10 Mei 2019

Komentar

Postingan Populer