5 Tips Menumbuhkan Empati Kepada Anak


Sore itu, anak-anak bermain bersama teman-temannya di depan masjid. Saat itu, saya melihat Duo R berdiri mematung. Mereka sedang memandangi temannya yang sedang makan es krim dengan begitu nikmat. Dari kejauhan saya melihat si teman ini sengaja memamerkan es krim yang kelihatannya enak. Menjilati es krim berulang kali. Anak-anak melihatnya dengan takjub, mulut yang ternganga dan mata yang tak berkedip.

Saat itu saya sedang di teras rumah. Memandang mereka dari jauh. Sebagai ibu, ada rasa tidak tega yang membuncah di hati. Ingin rasanya saya panggil mereka dan menyuruhnya pulang. Lalu membelikannya es krim yang tak kalah enak di warung tetangga. Tapi niat itu saya urungkan. Sebagian diri saya mengatakan, “Biarlah mereka merasakan rasa  sakit itu dan belajar darinya”. Saya hanya memandang mereka dari jauh sambil meneteskan air mata. Raisa yang melihat saya dari kejauhan memandang saya dengan senyum kecut. Saya tidak tahu apa yang dipikirkannya.

Sepulangnya dari bermain, saya bertanya kepadanya, untuk memastikan perasaannya baik-baik saja.

"Raisa gimana perasaanmu tadi nggak dibagi es krim sama X?"

"Nggak apa-apa Ma, aku makan es krim yang jauh aja!"

"Maksudnya apa Sa?"

"Yang di karnaval Tri itu lho Ma!
Trus kemarin kan juga udah dibeliin Mamata"

Sebagai ibu saya belum puas, ingin memastikan dia baik-baik saja, lalu saya lanjutkan bertanya,

"Menurutmu kenapa X, nggak mau berbagi sama kamu?"

"Nggak tahu mama, dulu dia mau kok berbagi sama aku! Mungkin karena aku nggak boleh makan es krim"

"Oh ya", nggak boleh sama siapa? "

" Sama Mama!"

"Oh ya...Ya... Mama kan nggak ngijinin kamu makan es krim, mungkin temanmu tahu ya Sa!"

Masih belum puas saya bertanya lagi,

"Kamu sedih, X nggak berbagi es krim sama kamu?"

"Iya ... Tapi nggak papa, kan bisa buat sendiri!"

"Oh ... Iya ya!"

"Terus misalnya ni, kamu punya es krim ada temanmu nggak punya apa yang kamu lakukan?"

"Aku berbagi mama"

"Kalau es krimnya cuma satu?"

"Ya, aku berbagi"

"Kalau nggak bisa dibagi, bagaimana?

" Hmm ... Gak tahu!"

" Kalau nggak bisa di bagi ya ... Raisa makannya di rumah saja. Nggak boleh dilihatin temannya, kan kasihan dia juga pingin tapi nggak bisa makan, oke Nak!"

"Iya Mama!"

Sore itu saya hanya ingin memastikan perasaannya baik-baik saja. Ternyata perasaan Raisa baik-baik saja. Perasaan saya yang tidak karuan. Antara marah, sedih, dan kasihan.

Hal seperti di atas sebenarnya lumrah terjadi diantara anak-anak. Saat memiliki makanan, mainan atau barang baru, hal pertama yang ingin mereka lakukan adalah memamerkan kepada teman-temannya. Sangat wajar, namanya juga anak-anak, ya kan? Begitulah anggapan sebagian orang tua terhadap apa yang dilakukan anak-anak. Namun, pernahkah kita menempatkan diri di posisi anak yang di pamerin? Bagaimana perasaannya?

Nah, Disinilah pentingnya menumbuhkan empati kepada anak-anak sejak dini. Bagaimanapun, mereka adalah makhluk sosial yang akan berinteraksi dengan orang lain. Ada saatnya memang anak-anak berada pada tahap egosentris, yang belum mau berbagi. Disinilah peran penting orangtua, mengetahui tahap perkembangan setiap anak.


Kembali lagi ke empati. Empati merupakan salah satu kecerdasan emosional yang seyogyanya tertanam dalam diri setiap manusia. Dengan memilikinya, seseorang dapat memperlakukan orang lain dengan lebih baik. Mampu memahami dan turut merasakan perasaan orang lain.


Berikut ini beberapa tips untuk menumbuhkan empati kepada anak-anak:

1. Beri teladan

Orangtua adalah guru utama bagi anak. Memberi teladan bagi anak dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Melalui kejadian yang dialaminya sehari-hari. Misalnya, saat melihat kucing yang kelaparan, ibu bergegas mencari makanan untuk kucing.

“Kasihan ya kucingnya kelaparan, kita beri makan Yuk! “

Jika misal tak ada makanan untuk kucing di rumah.

“Maaf ya Pus, Mama nggak masak ikan hari ini. Semoga Pus nya dapat makan di tempat lain ya Ca!”

Atau saat melihat semut yang mencari makan,

“Lihat ni Sa, semutnya sedang mencari makan, kita kasih makan Yuk!

“Hati-hati jalannya ya Sa, biar nggak menginjak rumah semut!”

Atau saat di jalan, melihat mbah sepuh yang jualan, lalu dagangannya kita beli.

“Kasihan ya Sa, Mbahnya malam-malam masih jualan!”

Anak melihat dan meniru apa yang kita lakukan. Hal baik sederhana yang mungkin saat ini hanya bisa dilihatnya, suatu waktu akan ditirunya.


2. Kenalkan beragam emosi

Empati berkaitan dengan memahami dan turut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, penting sekali bagi anak untuk tahu beragam emosi yang bisa dirasakan manusia. Seperti, sedih, kecewa, senang, marah, khawatir, terharu, dll. Mulai kenalkan dengan perasaan yang kita rasakan. Misal saat anak tidak menurut nasihat mama dan ayah padahal sudah disampaikan berulangkali. Katakan kepada anak,

“Mama kecewa Raisa tidak mendengarkan Mama!

Atau saat hati kita senang karena anak mau membantu mama, katakan,

“Mama senang Raisa mau membantu Mama!”

“Mama khawatir kalau Raisa main terlalu jauh! “

“Mama sedih kalau Raisa sedang sakit”

Atau sebaliknya, saat anak mengalami hal serupa, tegaskan apa yang dia rasakan. Misalnya,

“Raisa marah sama Mama karena nggak dibeliin mainan tadi?”

“Raisa kecewa karena Mama pergi nggak ngajak Raisa?”

“Raisa senang karena banyak teman yang main di rumah?”

Saat anak paham dan mengerti apa yang dia rasakan, akan lebih mudah baginya memahami perasaan orang lain.

3.Ucapkan terimakasih dan maaf

Saat anak dihormati dan dihargai dia juga akan belajar menghormati dan menghargai. Saat kita merasa terbantu karena perilaku baik anak, jangan sungkan mengucapkan “terimakasih”. Pun, saat kita merasa menyakiti hati anak, jangan sungkan mengatakan “maaf”. Ketika hal itu kita lakukan kepada anak, mereka juga akan melakukan hal yang sama kepada kita. Dan mulai terbiasa melakukannya kepada orang lain.

4. Merawat hewan dan tanaman

Dengan merawat hewan atau tanaman, anak-anak akan belajar menyayangi. Memberi hewan peliharaan makan atau menyirami tanaman.

“Kasihan ya, burungnya lapar, kita kasih makan Yuk!

“Wah… Bunganya layu ni, minta minum, kita siram dulu Yuk!

Dengan belajar menyayangi, perasaan anak akan jauh lebih peka, dan memudahkan menumbuhkan empatinya kepada orang lain.


5. Gunakan media

Membaca buku atau menonton film dapat menjadi media untuk mengenalkan empati kepada anak. Mengikuti jalan cerita dalam buku atau film dan ikut merasakan apa yang dialami oleh tokohnya. Tentu saja pendampingan orangtua dibutuhkan disini, untuk membantu anak memahami jalan cerita dalam buku atau film.

Empati tidak tumbuh secara instan pada anak. Diperlukan stimulasi berulang-ulang untuk menumbuhkan kemampuan dan kebiasaan berempati pada anak. Kuncinya ada pada pemberian pemahaman kepada anak melalui setiap kejadian yang  dialami sehari-hari.
 Selamat menumbuhkan empati pada diri sendiri dan anak-anak.

Kudus, 20 Maret 2019

Komentar

  1. Sama mbak, aku pun sering begitu. Anak-anaknya gpp, akunya yg khawatir. Belajar menahan diri untuk ga langsung ikut campur 🤗

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer