Berikan Anak-anak Kesempatan Bermain Bebas

Narasi buku Cinta Yang Berpikir, Bab.9, h.63

Dulu saya berpikir anak-anak itu tidak boleh bosan. Sebagai ibu, saya harus selalu menemani, menyiapkan permainan sekaligus memberinya ide bermain. Agar otaknya terstimulasi dengan baik.

Ternyata saya keliru. Memang betul, ibu harus meluangkan waktu menemani anak bermain untuk meningkatkan bonding. Namun, ada saatnya anak  dibiarkan agar mereka belajar mencari jalan keluar dari kebosanan. Saat saya mencoba melakukan hal ini kepada mereka, hal yang luar biasa terjadi. Kreativitas dan imajinasi mereka berkembang pesat. Mereka mampu menghibur diri sendiri dengan bermain dan membuat permainan.

Suatu hari, saya menemukan mereka membawa beragam tas, menumpuk tas di atas lemari. Samar-samar  saya mendengar kakak berkata,

"Ayo Dek tasnya dimasukkan mobil, hari ini kita pergi jauh!"

Setelah seluruh perbekalan dimasukkan mobil, mereka menaiki mobil buatan mereka dan berpura-pura naik mobil.
Setelah sampai di tempat tujuan, kakak berkata,

Ayo Dek, sekarang tasnya diturunkan terus masukkan ke hotel!"

Mereka berdua bahu membahu mengangkat tas dari mobil lalu memasukkanya ke kamar hotel.

Berpura-pura naik mobil

Di lain waktu, mereka menjadi montir sepeda. Berjibaku bersama memperbaiki sepeda dan menaikinya bersama-sama.

Naik sepeda bersama boneka

Lain hari, saya menemukan benda-benda di rumah tidak pada tempatnya. Rupanya mereka sedang membuat kandang kijang dengan memanfaatkan setiap benda yang ada di sudut rumah. Beberapa keping bunga kering berserakan di lantai, sebagai makanan kijang.

"Mama ini kandang kijang ya, jangan dirapikan dulu ya!", kata kakak.

Kandang kijang bersama makanannya

Tiga kejadian di atas dan beberapa kejadian lain yang tidak sempat terdokumentasi membuktikan bahwa anak adalah pribadi yang utuh, jiwa hidup yang ingin bertumbuh.

Mereka memiliki kemampuan bawaan untuk mencerna pengetahuan. Ketika menemukan ide yang menurutnya berharga, secara otomatis benaknya akan bekerja, menalar, membandingkan, berimajinasi, menaut-nautkan memori, untuk mengolah ide itu. (CYB, h. 63)

Kurang bijak rasanya jika kita mengganggap mereka sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa, yang harus selalu dibimbing, diberi petunjuk dan stimulasi. Dalam batas- batas tertentu jauh lebih bijaksana jika kita biarkan anak menumbuhkan pribadinya yang utuh. Dengan memberinya waktu dan kesempatan untuk melakukan bermain sendiri.

Bagi mereka bermain sama dengan belajar. Salah satu caranya dengan membiarkan mereka bosan dan menemukan jalan keluar dari kebosananan. Syaratnya hanya dua. Pertama, no gadget dan TV. Dan kedua, ijinkan rumah sedikit berantakan.
Kudus, 03 Februari 2019

#Charlottemasonindonesia
#CMidbernarasi

Komentar

Postingan Populer