Memandang Anak Sebagai Pribadi yang Unik

Narasi buku Cinta Yang Berpikir, Ellen Kristi, Bab 2 paragraf 8 halaman 18-19.

Siapa yang tidak senang dengan anak yang mudah bergaul?
Anak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Anak yang mudah akrab dengan siapa saja. anak yang selalu terlihat gembira  dan nyaman ditengah orang-orang yang baru dikenalnya.

Sebagian besar dari kita saya yakin senang dengan anak yang seperti itu. Termasuk saya. Jadi, saat melihat anak-anak saya, hanya diam lama mengamati sekitarnya saat ditempat baru. Menyendiri, mengamati dari jauh, saya merasa ada yang salah. Sebagai orangtua saya bertanya-tanya apa yang salah?
Apakah anak saya kurang percaya diri?
Adakah pola pengasuhan salah yang telah saya lakukan kepada mereka?
Ingin rasanya saya memaksa mereka segera berbaur, bersosialisasi, segera beradaptasi dengan teman -temam barunya. Tidak hanya sekedar mengamati. 


Namun, sisi lain dari diri saya mencoba berefleksi.

Ahh ... Dirimu juga seperti itu ...
Saat ditempat baru, dengan teman- teman baru, rasanya saya hanya ingin melihat situasi terlebih dahulu. Diam mengamati. Bukan karena saya takut atau tidak percaya diri. Tapi saya butuh membaca situasi. Jika saya harus diam saya akan diam. Jika dibutuhkan bicara saya akan bicara. Memang akhirnya saya tidak memiliki banyak kenalan atau teman. Tapi itu tidak mengurangi kebahagiaan saya. Sedikit teman yang intens cukup membuat saya senang. 

Mungkin itu juga yang terjadi dengan anak- anak saya. Mereka bukan tidak percaya diri, bukan takut, mereka hanya butuh waktu untuk membaca situasi. Dan tidak ada yang salah dengan itu. Setiap orang memiliki keunikannya. Mereka adalah pribadi yang utuh. Seperti apa yang dikatakan Charlotte Mason bahwa, 

"Sejak semula anak adalah pribadi yang utuh, terlahir lengkap dengan berbagai hasrat, emosi, hati nurani, dan bakat. Memandang seorang anak sebagai satu pribadi berarti melihatnya sebagai sesuatu yang tak akan terulang lagi, tidak ada duplikatnya, tak mungkin ada pengganti lain yang bisa menjadi persis seperti dia. Memandang seorang anak sebagai satu pribadi berarti memandangnya bukan sebagai produk pasaran, bukan sekedar angka dalam statistik. Ia sangat unik" (Cinta yang Berpikir, h. 19)

Ya ... Tugas saya sebagai orangtua hanya mengenalkan beragam situasi kepada mereka. Mengenalkannya dengan beragam lingkungan dan orang-orang yang ada dialaminya. Bagaimana mereka menyikapinya, biarlah diri mereka yang utuh dan unik yang berperan.
Kudus, 13 Oktober 2018 

#Charlottemasonindonesia 
#CMidbernarasi 
#CMidbernarasiNurulFe 
#CMidbernarasiCYB-Bab2prgrf8

Komentar

Postingan Populer