IBU YANG SEMPURNA, ADAKAH?



Rusaknya gigi anak-anak adalah salah satu bukti kegagalan saya sebagai ibu. Setidaknya itu yang saya rasakan. Awalnya saya sangat percaya diri, gigi anak-anak akan baik-baik saja. Putih, bersih, sehat, dan tidak berlubang, ataupun gigis. Makanan mereka sudah sangat saya jaga sejak bayi. Saran dari buku telah saya ikuti yaitu, dibawah 1 tahun bayi tidak boleh di beri gula dan garam. Sikat gigi juga sudah mulai saya ajarkan sejak kecil. Jadi sebagai ibu saya cukup percaya diri telah memberikan yang terbaik.

Seiring bertambahnya usia Raisa, bertambah pula kerusakan giginya. Saya merasa sangat sedih sekali, "kok bisa ya?". Tapi saya masih santai, karena dukungan suami yang mengatakan, "Tidak apa-apa nanti besar juga giginya bagus lagi!".

Sampai suatu hari setelah makan Raisa menangis karena giginya sakit. Benar saja saat saya lihat gigi bagian belakangnya berlubang besar. Malam itu saya memantapkan diri ke dokter gigi esok hari.

Sesampainya di dokter gigi saya bertanya banyak hal, salah satunya bagaimana bisa gigi anak-anak rusak padahal dia tidak minim susu formula,  tidak makan gula dan garam sebelum setahun serta selalu gosok gigi sebelum tidur. Pak dokter tersenyum lalu bertanya,

"Minum ASI kan Bu?"

"Iya".

"Sebelum tidur juga minum ASI? Lalu setelah itu gosok gigi tidak?"

"Tidak Dok! kan udah sekalian tidur".

"Nah.. . Itu dia, ASI juga mengandung gula yang menempel di gigi dan bercampur dengan sisa-sisa makanan berpotensi menyebabkan gigi berlubang. Dan, plak dan karang gigi akhirnya menyebabkan gigi gigis.

Peristiwa itu membuat saya tersadar, sebagai ibu ternyata saya masih miskin ilmu. Bahwa saya tidak bisa mengandalkan rasa percaya diri saja. Ada banyak hal yang masih harus dipelajari dan dipraktekkan. Saya masih butuh banyak ilmu dari orang lain untuk menjadi ibu yang baik. Bahwa saya masih harus banyak bertanya kepada yang lebih berpengalaman dalam mengasuh dan mendidik anak.

Bersyukur, ada buku yang bisa di baca, ada ribuan artikel parenting yang bisa dipelajari, ada dokter dan pakar anak untuk konsultasi, dan ada orangtua dan tetangga yang bisa ditanya pengalamannya. Satu yang penting yaitu kemauan untuk belajar dengan siapapun dan kapanpun.

Kesediaan untuk terus belajar adalah kunci pertama menjadi ibu yang baik. Sadar bahwa kita sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan. Apalagi tidak ada sekolah khusus yang mendidik seorang wanita menjadi ibu. Menjalankan berbagai macam peran, sebagai guru, sebagai perawat, sebagai pendongeng, sebagai chef, sebagai tukang bebersih rumah, sebagai tukang kebun. Dan, berbagai peran penting lainnya yang mau tidak mau harus dikuasai oleh seorang ibu. Tentu saja hal itu membutuhkan ilmu, yang harus dipelajari dan dipraktekkan.

Tidak ada ibu yang sempurna di dunia ini. Setiap ibu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kesadaran ini yang harus kita tanamkan dalam diri. Betul bahwa kita harus mau belajar dan mampu melakukan banyak hal. Tetapi, jangan putus asa jika kita belum mampu melakukannya dengan baik. Berproses hari demi hari, memperbaiki diri setahap demi setahap.

Allah Maha Tahu yang kita lakukan dan usahakan. Terus meminta petunjuk Kepada-Nya dalam mendidik dan mengasuh anak. Memurnikan niatan menjalankan peran sebagai ibu semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Semoga Allah memampukan dan memudahkan saya untuk selalu belajar. Aamiin
Kudus, 13 Desember 2018



Komentar

Postingan Populer