BELAJAR MENJADI IBU DARI MRS. BHAER



Menjadi Ibu tanpa ibu baik ibu kandung maupun ibu mertua, bagi saya rasanya seperti tidak ada "pegangan". Bagaimanapun sesekali kita butuh masukan dan nasihat dari orangtua atau orang yang lebih berpengalaman. Ibu kandung maupun ibu mertua bisa menjadi rujukan. Mereka telah terbukti sukses mendidik kita maupun suami kita, apapun adanya kita saat ini.

Buku, seminar, artikel parenting memang banyak sekali yang bisa menjadi rujukan. Namun, rasa- rasanya tetap ada yang kurang jika tidak ada sosok yang telah berpengalaman mengasuh anak yang bisa ditanya.

Namun, kondisi apapun harus disyukuri. Ketika tidak lagi orangtua yang bisa ditanya, saatnya mencari alternatif lain untuk terus belajar menjadi seorang ibu yang baik. Sebenarnya saya senang ikut seminar atau Workshop, namun karena saya tinggal di kota kecil yang jarang ada seminar, ditambah kondisi anak-anak yang masih kecil dan belum bisa ditinggal dalam waktu lama. Akhirnya buku menjadi rujukan utama saya untuk belajar. Buku apa saja mengenai parenting saya baca. Meskipun pada akhirnya bukan banyaknya buku yang saya baca yang menentukan baik tidaknya Saya menjadi ibu. Tapi kesediaan untuk mempraktekkan ilmunya dan konsisten menjalankannya jauh lebih penting.

Dua bulan ini saya membaca buku Little Man anak-anak Plumfield. Fokus pada Mr. dan Mrs. Bhaer yang mendidik dan mengasuh 2 anak kandungnya, 2 keponakannya dan beberapa anak yang diambilnya dijalan serta anak-anak yang dititipkan di sekolah Plumfield. Ya mereka mengelola sebuah sekolah dengan beragam usia anak, beragam jenis kelamin dan tentu saja beragam kepribadian.

Cara Mrs. Bhaer menangani diri sendiri dan menangani anak anak menjadi fokus perhatian saya. Modal utamanya adalah kecintaam kepada anak-anak. Serta usahanya untuk tetap mendidik diri sendiri dengan terus belajar dan memperbaiki diri. Suatu waktu dia berbicara bahwa dia akan menanam benih kesabaran dan merawatnya di musim semi karena saat ini itulah yang dibutuhkannnya dalam menangani anak-anak.

Kelembutan dan rasa kasih sayang Mrs. Bhaer mampu merubah Nat. Nat yang rendah diri karena mengalami trauma saat menjadi anak jalanan, menjadi anak yang percaya diri dan optimis dengan kemampuannya. Serta terus bersemangat untuk belajar mengasah keahliannya.

Ketulusan hati dan rasa cintanya juga mampu merubah Dan yang keras kepala dan susah diatur menjadi anak yang teguh pendirian namun tetap berhati lembut.

Jiwa keibuan dan kesabarannya menjadi contoh yang baik untuk anak-anak perempuan.

Pengetahuannya yang luas tentang perkembangan anak, sifat dasar anak, bakat unik setiap anak menjadikannya ibu yang sabar menghadapi berbagai macam tingkah polah anak-anak, serta penuh pengertian dan penghargaan terhadap setiap anak.

Ketelatenan dan ketelitiannya menulis setiap perkembangan baik dan buruk setiap anak dalam buku "hati nurani" menjadikannya ibu yang peka terhadap perkembangan anak-anaknya. Menyemai dan menumbuhkan benih-benih karekter baik dalam diri setiap anak. Dan, membantu menyiangi karakter buruk yang ada dalam diri setiap anak.

Apa yang membuat Mrs. Bhaer tampak begitu "sempurna" menjadi seorang ibu?

Dan, ini yang dikatakan Mrs. Bhaer,

"Aku hanya mencintai mereka dan membiarkan mereka mengetahui itu. 
Aku hanya ingin memberi mereka rumah tempat mereka bisa diajari beberapa hal sederhana yang akan membantu hidup mereka lebih ringan saat mereka harus berjuang di dunia. Kejujuran, keberanian, kerajinan, percaya pada Tuhan, pada sesama makhluk dan pada diri mereka sendiri. Itulah yang kucoba ajarkan”.

Mencintai anak-anak dengan tulus adalah kunci utama dalam mendidik dan mengasuh anak. Menerima diri mereka secara penuh tanpa tapi…Dan “bekerja” dengan sepenuh hati untuk mendidik mereka. Ilmu pengetahuan memang penting untuk diajarkan, namun ada yang jauh lebih penting. Yaitu, mendidik anak untuk mengenal Tuhan, mengenal diri sendiri serta menemukan peran penting dan tujuan penciptaannya.

Memang benar, tidak ada ibu yang sempurna di dunia ini, akan tetapi akan selalu ada cara untuk menjadi ibu yang lebih baik setiap hari. Fokus pada perbaikan diri sendiri setahap demi setahap. Sampai suatu waktu, kita akan terkaget-kaget saat menemukan diri kita menjadi seseorang yang berbeda. Atau, saat anak-anak berucap, “Terima kasih Mama, sudah menjadi ibu yang baik untukku, mendidik dan merawatku sepenuh hati”. Dan, yang lebih menyenangkan lagi saat melihat anak-anak tumbuh menemukan dirinya, menjalankan perannya sebagai hamba Allah. Semoga…

Kudus, 15 Desember 2018



Komentar

Postingan Populer