Anak Nakal, atau?

"Ojo muring-muring tah Ma, anak-anak ki kurange opo?" (Jangan marah-marah Ma, anak-anak itu kurangnya apa?) 

Ucapan suami yang hanya dua kalimat itu, mau tidak mau membuat saya berhenti mengomel. Sungguh kalimat itu membuat saya terhentak dan seketika tersadar, iya ya anak-anak saya ini kurangnya apa kok saya marah-marah.

Saya bersyukur melahirkan dua anak perempuan yang sangat manis. Sejak dilahirkan anak-anak ini sebetulnya tidak pernah merepotkan. Saat mendengar cerita teman-teman yang anaknya susah diatur, selalu minta ini dan itu dengan tantrum, berlari kesana kemari tanpa henti, dan berteriak- teriak saat keinginannya tidak dituruti. Rasa-rasanya selama menjadi ibu mereka, anak-anak tidak pernah berlaku seperti itu. Kerewelan dan tingkah menjengkelkan ya sewajarnya dilakukan anak-anak. Disaat mereka bosan, mengantuk, lapar dan meminta perhatian ketika ibunya sibuk dengan diri sendiri. 



Raisa, sejak lahir dia sudah sangat manis. Tidak pernah merepotkan. Nangis hanya saat sakit, minta "nenen" dan mengantuk. Setelah agak besar, dia mulai butuh teman saat bermain. Dia tipe yang tidak bisa bermain sendiri, harus ditemani. Nah, dia akan mulai "beraksi" jika melihat mamanya sibuk dan membiarkannya sendiri. Terutama saat Mamanya pegang HP, dia mulai berulah untuk mencari perhatian. Entah dengan menggoda adiknya atau merengek minta ini itu.

Saat mulai MPASi dia juga mau makan apapun yang saya hidangkan sampai sekarang. Buah, sayur, nasi, dan lauknya. Kalaupun tidak mau makan biasanya karena sakit atau bosan dengan makanannya. Sebab kurangnya variasi makanan yang saya sajikan. Jadi bukan karena kerewelannya. Lapar juga membuat Raisa berulah. Entah dalam sehari berapa kali dia membuka lemari es untuk mencari makanan. Nah, ini tantangan tersendiri untuk  saya yang malas masak dan bikin camilan.

Yang paling menantang adalah saat menjelang tidur. Memang agak susah menidurkan Raisa karena dia tipe yang susah memejamkan mata meskipun mengantuk. Sedapat mungkin dia akan membuat matanya terbuka dengan banyak bergerak dan berbicara. Ritual menjelang tidur tak mampu membuatnya bersegera memejamkan mata. Ini yang kadang membuat saya jengkel, karena mau tidak mau waktu menemaninya tidur semakin lama dan saya tidak punya "me time".


Nah ini yang harus diharus digaris bawahi. Bukan dia yang nakal tapi ekspetasi saya yang terlalu tinggi. Karena saya ingin segera punya waktu untuk "me time" sehingga tidak menikmati waktu untuk menidurkannya. Dan, tampaknya dia merasakan kegelisahan saya sehingga semakin susah tidur. Susah tidurnya Raisa sebenarnya juga karena kesalahan saya sendiri. Sejak bayi saya menidurkannya dengan memberi "nenen". Jadi, saat sudah lepas "nenen" dia seperti kehilangan kenyamanan yang membuatnya lekas tidur. Sekali lagi, ini adalah kesalahan saya sebagai ibunya bukan karena "kenakalannya".

Setelah punya adik, penyebab kerewelan Raisa bertambah. Kecemburuan terhadap adik terkadang membuatnya bertingkah untuk mencari perhatian. Menggoda adiknya sampai menangis, berebut mainan, atau memarahi adiknya. Raisa punya adik saat usianya 2,5 tahun. Usia yang masih sangat butuh kedekatan dengan ibunya. Sementara itu dia sudah harus berbagi dengan adiknya. Akhir-akhir ini perilaku Kecemburuannya semakin terlihat. Pernah suatu kali dia bilang, “ini dua-duanya nenenku, adik nggak boleh! “. Saat itu saya langsung tersadar meskipun dia tidak mengungkapkan, sebagian dirinya merasa kehilangan moment bersama ibunya karena kehadiran adik. Dan, ini menjadi PR saya untuk tetap menjaga bonding dengannya meskipun sudah ada adik.

Rafifa, sejak lahir juga tidak merepotkan. Dia tipikal bayi yang memiliki kemauan kuat. Dia akan menangis sekencang-kencangnya bila keinginannya tidak segera terpenuhi. Hampir sama dengan Raisa, dia juga jarang sekali rewel. Hanya pada saat mengantuk, lapar, bosan dan ketika digoda kakaknya. 



Anak-anak sebenarnya tidak pernah memiliki niat jahat yang terencana untuk membuat orangtuanya jengkel atau marah. Setiap perilaku yang mereka tunjukkan adalah bentuk ketidaknyaman mereka atas suatu situasi. Mereka belum mampu mengungkapkannya dengan baik. Yang bisa mereka lakukan adalah rewel, berteriak, marah dan menangis. Perilaku ini yang seringkali kita beri label "nakal".

Benar memang, dalam buku "Don't sweat guide for parents" disebutkan bahwa 20 persen anak membuat orangtua mereka pusing dengan kelakuan mereka yang menjengkelkan. Jika memiliki anak seperti ini, kita bisa merasa letih, tertekan dan merasa tidak yakin dengan kemampuan kita sebagai orangtua. Lalu marah kepada anak dan juga malu kepada orang lain karena kelakuan mereka.

Namun, kenyataannya tidak ada anak nakal. Anak-anak sejak lahir sudah memiliki serangkaian sifat-sifat bawaan. Terlihat sejak beberapa bulan setelah mereka lahir. Sifat-sifat bawaan ini pada tataran tertentu akan menentukan apakah bayi akan berkembang menjadi anak yang "mudah" atau "sulit". Meskipun pembawaan anak juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, tapi bagian terbesar akan menetap secara konsisten seumur hidupnya. (Don't sweat guide for parents, h. 5)

Misalnya saja, saat anak menolak untuk makan. Bisa jadi bukan karena dia tidak suka makanannya tapi karena sifat keras kepalanya. Semakin dipaksa semakin dia tidak mau. Oleh karena itu butuh strategi khusus, dengan memberi kuasa kepada anak untuk menyuap makanannya sendiri atau membiarkannya makan sendiri.

Atau, anak yang selalu menangis saat kondisi ramai. Bisa jadi karena sifat pembawaannya yang mudah cemas. Manifestasinya terlihat dengan menangis dan sulit berbaur dengan anak lain. Strateginya, hindari bawa anak dalam situasi yang ramai. Latih perlahan-lahan dengan membawanya ke acara keluarga. Setelah agak besar, lakukan briefing dengan menjelaskan secara detail tempat dan situasi yang akan dikunjungi.

Apapun pembawaan anak kita, jangan memberinya label sebagai anak yang "nakal", anak yang "sulit", atau anak yang "mudah rewel". Sebagai orangtua, kita yang harus jeli melihat pembawaan anak sejak dini. Sehingga kita . Hal ini akan

Jadi, tidak ada anak "nakal". Yang ada adalah orangtua yang belum memahami pembawaan anaknya dan strategi untuk menghadapinya. 
Kudus, 01 Desember 2018

Komentar

Postingan Populer