Menjadi Orangtua yang di Rahmati Allah

Ada seorang nenek yang tinggal sendirian di sebuah rumah. Beliau sakit dan tak mampu berjalan karena kakinya lumpuh. Sehari - hari Beliau hanya duduk atau tiduran di atas kasur.  Makan dan minum dilayani pemilik warung yang mengontrak ruko beliau. Dan, harus "ngesot" untuk ke kamar mandi yang dimodifikasi secara khusus. Setiap orang yang melihatnya pasti merasa iba dan bertanya-tanya, kemana anak dan cucunya. Tidak adakah diantara mereka yang bersedia menemaninya? Kenapa nenek ini dibiarkan tinggal sendiri?

Sebagian orang bisa jadi beranggapan bahwa anak-anaknya adalah anak durhaka. Tega membiarkan sang ibu tinggal sendirian. Tanpa ada yang menemani. Kenyataannya, tak kurang-kurang usaha anak dan cucu untuk mengajak nenek ini tinggal bersama salah satu dari mereka. Karena, untuk tinggal bersama sang nenek tidak memungkinkan. Masing-masing anaknya telah memiliki keluarga yang juga harus diurus. Usaha maksimal yang bisa mereka lakukan saat ini adalah mengunjunginya setiap waktu saat mereka sempat. 

Hal lain yang membuat anak-anak nenek merasa sedih adalah, setiap kali anaknya berkunjung dan memberikan makanan, nenek selalu mengatakan bahwa makanannya tidak enak. Namun, hal berbeda terjadi jika orang lain yang memberikan makanan padanya. Nenek akan mengatakan bahwa makanannya enak. Tidak hanya itu, kalimat-kalimat sindiran sering keluar dari mulut sang nenek. Mengungkit-ungkit kesalahan mereka yang telah lalu. Ucapannya lirih tapi cukup menyakitkan.

Sang nenek bersikeras tetap tinggal di rumah itu sampai meninggal. Ingat pesan Mbah Kyai Sang Guru yang menyuruhnya tetap tinggal di rumah itu apapun yang terjadi.
"Kalau ada yang mau merawat ya disini, aku tidak mau ikut ke rumah siapapun", begitu kata Beliau.

Bagi anak dan cucunya ini seperti buah simalakama. Disatu sisi mereka sebenarnya ingin merawat ibu dan nenek tersayang, disisi lain mereka juga harus mengurus keluarganya.

Setiap orangtua pasti sayang anak- anaknya, begitu pun sebaliknya setiap anak sayang orangtunya. Kewajiban anak kepada orangtua adalah berbakti. Dan kewajiban orangtua kepada anaknya adalah membantu anak berbakti kepadanya.


Seperti pesan Rosulullah SAW pada sahabat,
"Allah merahmati orangtua yang membantu anaknya berbakti kepadanya!", kata Rosulullah.

"Bagaimana caranya membantu berbakti Ya Rosul Allah?", tanya sahabat

"Dia menerima yang sedikit darinya, memaafkan yang menyulitkannya, dan tidak membebaninya serta tidak pula memakinya", jawab Rosulullah.


Menerima yang sedikit dari anak
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan. Bagi kita orangtua, jauh lebih mudah menerima kelebihan mereka dibandingkan kekurangannya. Anak yang mampu membaca sejak usia dini, mampu menghapal Alquran, ringan tangan membantu orangtua, menurut pada perkataan orangtua, pintar disekolah lebih mudah bagi kita menyayanginya. Sebaliknya, anak yang sejak kecil susah makan, selalu berlari kesana kemari, susah diajari membaca, butuh waktu lama untuk menghapal, keras kepala saat dinasehati mungkin akan membuat kita sedikit mengeluh dan bersusah hati. Namun, dengan selalu mengingat bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan, akan lebih mudah bagi kita untuk menerima anak apa adanya. Bersyukur dengan segala kelebihannya dan berusaha mengoptimalkannya. Serta tidak mengeluh dengan kekurangannya, berusaha untuk memperbaikinya.

Memaafkan yang menyulitkannya
Setiap anak baik sengaja maupun tidak pasti pernah melakukan kesalahan kepada orangtuanya. Meminta maaf saja mungkin tidak cukup mengobati rasa sakit hati  orangtua.  Rasa bersalah anak semakin menjadi tatkala ingat bahwa ridho Allah tergantung pada ridho orangtua. Namun, alangkah bijak jika sebagai orangtua kita menjadi seorang pemaaf. Mudah memaafkan setiap kesalahan anak sekecil apapun. Membantu anak menjadi anak yang berbakti kepada orangtua.

Tidak membebaninya
Allah memberi anugerah setiap anak dengan potensi yang berbeda satu sama lain. Terkadang sebagai orangtua, kita memiliki ambisi kepada anak. Membebaninya untuk berprestasi setinggi langit tanpa melihat potensi yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya, bukannya prestasi yang diperoleh anak, namun tekanan batin yang membuatnya kurang percaya diri. Sebagai orangtua, yang sebaiknya kita lakukan adalah jeli melihat potensi anak sejak dini. Dan, mendukungnya mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.

Tidak memakinya
Menurut Dorithy Law Note, anak-anak yang dibesarkan dengan caci maki akan belajar rendah diri. Menjadi tidak percaya pada kemampuan dirinya dan merasa dirinya tidak mampu. Selain itu, anak yang dibesarkan dengan caci maki juga akan belajar mengobarkan permusuhan dalam dirinya. Sulit baginya menumbuhkan persahabatan yang hangat dan penghormatan yang tulus. Tidak hanya kepada teman dan orang sekitarnya, tetapi juga kepada orangtuanya.

Ridho Allah tergantung kepada ridho orangtua. Namun bukan berarti sebagai orangtua kita bisa seenaknya saja menuntut anak berbakti kepada kita. Selain mendidik dan menyayanginya dengan baik sejak kecil, ada hal lain yang harus kita lakukan yaitu membantunya untuk berbakti. Semoga kita menjadi orangtua yang dirahmati Allah karena membantu anak berbakti kepada kita. Aamiin
Kudus, 24 November 2018 

Komentar

Postingan Populer