Manfaat Bermain Bebas Bagi Anak

"Ojo dolanan wae, ayo sinau"! (Jangan hanya bermain, ayo belajar)
Kata-kata ini bisa jadi pernah kita dengar, di ucapkan orangtua kepada anaknya atau guru kepada muridnya.



Kata-kata tersebut lahir karena adanya rasa bersalah jika kita sebagai orangtua membiarkan anak -anak hanya bermain saja. Karena sebagian kita beranggapan, bermain tidak menghasilkan apapun, tidak ada manfaatnya dan hanya membuang waktu saja. Wujud dari rasa bersalah orangtua di minimalisir dengan menyuruh anak lebih banyak belajar daripada hanya sekedar bermain. Dan belajar pun dimaknai hanya dengan membaca, menulis dan berhitung.  Kita merasa menjadi orangtua yang baik saat bisa mengajarkan sesuatu kepada anak. 

Padahal dalam bermain ada proses belajar. Bagi anak-anak saat mereka bermain saat itulah mereka belajar. Mereka belajar tentang diri mereka, belajar mengelola emosi, belajar menjalin komunikasi, belajar menjalin hubungan sosial, dan belajar mengatasi tantangan.

Bermain yang dimaksudkan disini adalah bermain bebas. Ketika mereka dibiarkan dengan permainan mereka sendiri,baik sendiri maupun bersama teman. Bermain apapun yang menurut mereka menarik dan selama yang mereka inginkan. Bukan bermain yang terstruktur yang dipimpin orang dewasa. 

Saat memanjat pohon, misalnya, anak belajar mengukur kemampuannya, menakar keberaniannya, memutuskan seberapa tinggi dia sanggup memanjat sesuai kemampuannya. Disini anak belajar mengontrol dirinya.  

Saat bermain bersama teman, misalnya, anak belajar bekerjasama sekaligus belajar mengatasi konflik. Belajar bernegoisasi, membuat aturan yang disepakati bersama, mengatasi kekecewaan dan rasa marah saat idenya tidak diterima teman-temannya. 

Saat bermain pasir atau air, misalnya, dia bereksplorasi. Membuat percobaan sederhana. Menumbuhkan kemampuan imajinasi dan kreativitas. 
Saya sering mengamati dua balita saya yang sedang bermain. Kreativitas mereka tumbuh saat saya tidak menyediakan mainan “buatan".  Mereka bermain drama sebagai penjual dan pembeli, meskipun barang jualannya tidak ada (hanya imajinasi). Lain waktu kami menemukan kelopak buah mahoni. Ditangan mereka, kelopak itu bisa menjadi sendok, sepatu high heels, atau disusun beraturan menjadi bunga.



Saat anak-anak bermain, dengan keputusan dan pilihannya sendiri. Mereka sedang mengembangkan kemampuan dorongan internal (locus of control). Artinya, sejauh mana seseorang merasa mempunyai kendali atas hidupnya sendiri dan kejadian yang mempengaruhinya.  Orang yang memiliki pusat kendali diri percaya bahwa mereka mempunyai kekuatan untuk mengendalikan hidupnya dan hal-hal yang terjadi pada mereka. Pusat kendali diri mereka berasal dari dalam diri. Saat mereka dewasa, ketika keadaan hidup tidak sesuai dengan yang mereka inginkan mereka mampu untuk segera bangkit. Karena yakin bahwa apa yang terjadi merekalah yang menentukan pilihan, untuk terpuruk atau bangkit.

Sebaliknya saat anak terlalu banyak dituntun saat bermain, yang berkembang adalah pusat kendali eksternal. Mereka akan mudah cemas dan depresi karena percaya bahwa mereka hanya memiliki sedikit kendali atas hidup mereka. Kebahagiaan mereka tergantung pada situasi, kondisi dan lingkungan diluar diri mereka.

Lalu apa yang sebaiknya orangtua lakukan?
Berikan anak ruang untuk belajar dan tumbuh. Menurut Lev Vygotsky, seorang anak memerlukan ruang dalam jumlah yang tepat untuk belajar dan tumbuh dalam zona dan jumlah bantuan yang tepat pula. Satu waktu mereka butuh bantuan, tapi di lain waktu mereka perlu diberikan kesempatan untuk menguji kemampuannya sendiri. Ijinkan anak-anak mencoba hal baru, beri mereka ruang untuk membangun kepercayaan mereka sendiri. Ketika anak memanjat gundukan pasir yang tinggi, sebagai orangtua tentu kita merasa khawatir. Bagaimana kalau jatuh dan terperosok. Namun tak ada salahnya, kita beri ruang untuk anak mencoba hal baru, sejauh itu tidak membahayakan dirinya dan orang lain.

Memberikan ruang dan menghargai kemampuan anak sesuai perkembangannya membuat anak mampu mengembangkan kompetensi maupun kepercayaan diri. Anak merasa bertanggungjawab pada tantangan dan perkembangan mereka sendiri. Bermain bagi anak-anak tidak hanya menyenangkan, namun juga menumbuhkan segala potensi yang ada dalam diri mereka.
Kudus, 30 Agustus 2018

Komentar

Postingan Populer