Pelajaran dari Raisa


Sore ini perasaan saya campur aduk, antara malu, senang, dan terharu.
Dua hari yang lalu tetangga blok sebelah kami meninggal dunia. Sehingga setiap sore diadakan pengajian. Namun karena kami belum memiliki banyak tetangga jadi saya tidak mengetahui informasi tersebut.

Sore itu, tiba-tiba Raisa berlari menghampiri saya sambil berkata :
"Mama...Malika sama Mamanya ikut ngaji di rumah tetangga yang meninggal kemarin itu lho Ma!"
"Iya insyaallah ya, kalau belum selesai kita ikut tapi kita mandi dulu Ca! "
"Mama...aku mau mandi sendiri aza ya Ma!"
Setelah selesai mandi, Raisa krmbali merengek agar saya segera ikut ngaji, namun saya sampaikan bahwa saya dan adiknya harus mandi dulu. Raisa berinisiatif memakai baju panjang dan memakainya sendiri. Setelah selesai dia lalu berkata:
"Mama...aku ngaji dulu aza ya!"
"Raisa mau berangkat sendiri?"
"Iya"
"Ya udah gak papa, tapi hati-hati ya, jangan lupa tengok kanan kiri kalau mau nyebrang! "

Saya melihatnya dari kejauhan, ada rasa haru dan bangga yang membuncah didada. Gadis besarku sudah besar sekarang...
Beberapa saat kemudian Raisa kembali dengan membawa tas bingkisan. Tas tersebut berisi kue, beras dan mie. Rupanya sesampainya di sana pengajian sudah selesai.
Ternyata hari ini adalah pengajian terakhir untuk ibu-ibu, sehingga setiap yang datang pengajian akan diberi bingkisan.

Ada rasa malu yang membunuh didada, malu karena saya belum bisa memberikan contoh yang baik pada Raisa. Contoh bagaimana menyambung silaturahmi pada tetangga.

Ada rasa bangga atas keberaniannya pergi tanpa saya dan usahanya untuk mencari jawaban atas rasa penasaran ya.
Hari ini saya mendapat pelajaran berharga dari Raisa. Terima kasih Nduk..

Komentar

Postingan Populer