Kualitas VS Kuantitas Waktu Keluarga, Sesi Berbagi Cerita Rangkul

Ahad, tanggal 8 April kemarin menjadi hari yang “sibuk" buat saya. Ada 2 agenda acara yang ingin saya datangi, tapi karena waktunya bersamaan maka mau nggak mau saya harus memilih. Pilihan jatuh pada acara yang ada di Jepara, namun karena kita baru pulang dari luar kota dini hari akhirnya saya harus memilih acara yang di Kudus saja.
Acara yang saya datangi adalah Sesi Berbagi Cerita Rangkul yang di adakan KeluargaKita Kudus dengan topik “Kualitas VS Kuantitas Waktu Keluarga.


Sebelum acara dimulai kami disuguhi dengan VCD yang menampilkan pendiri KeluargaKita, Najeela Shihab yang menjelaskan tentang visi dan misi Rangkul. Dan kami juga diberi selebaran yang berisi materi pada hari tersebut.

Saat semua peserta sudah hadir, acara dimulai dengan pemberian materi oleh relawan rangkul diselingi VCD Najeela Shihab yang menjelaskan tentang Kualitas VS Kuantitas waktu untuk keluarga. Mana yang lebih penting kualitas atau kuantitas?. Dua-duanya penting karena kualitas yang baik dapat terlaksana bila kuantitas waktu yang memadai bersama anak terpenuhi. Agar dapat memenuhi kualitas dan kuantitas yang memadai hal penting yang harus dilakukan adalah managemen waktu.  Cara memanage waktu yang berkualitas bersama keluarga :

  • Sensitif terhadap kebutuhan anak.
Setiap anak unik dan begitu juga hubungan dengan orangtuanya. Satu anak mungkin memerlukan perhatian dan waktu yang lebih banyak dibanding anak yang lain. Dengan anak yang sama pun, ada periode dimana anak membutuhkan waktu yang lebih banyak bersama orangtuanya. Glendotan, rengekan, rasa kangen, pertanyaan yang dilontarkan anak adalah pengingat bahwa anak sedang butuh perhatian orangtuanya.
Praktek pada bab ini bisa saya terapkan dengan segera merespon saat anak bertanya apapun yang sedang saya lakukan saat itu. Misal, saat memasak, saat membaca buku, saat bersih2 seringkali sulungku sering bertanya banyak hal. Ini harus menjadi prioritas karena saat inilah anak sedang butuh kedekatan.

  • Sensitif terhadap kebutuhan diri sendiri
Kondisi fisik dan emosi sangat berpengaruh pada bagaimana kita menjalani hari-hari bersama anak atau anggota keluarga lain. Peka dengan apa yang dirasakan oleh diri sendiri dan peka dengan kebutuhan diri sendiri menjadi penting. Peka dengan alarm diri sendiri, misalnya saat sedang lelah fisik ya istirahat dulu. Saat lelah emosi ya rehat sejenak untuk melakukan hobi yang disuka. Komunikasikan dengan orang yang ada dirumah untuk bergantian mengasuh dan menjaga anak.
Hmm...kalau isi sih saya banget ya, ternyata rasa ingin marah, pikiran sudah tidak fokus adalah “alarm" diri sendiri yang juga harus diperhatikan. Daripada memaksakan diri terus beraktivitas bersama anak tapi sudah nggak nyaman dan malah bikin rusuh, baiknya rehat dulu sejenak. Kalau pas ada orang sih oke...ada yang menggantikan jaga anak-anak, kalau pas nggak ada, gimana dong? Versi saya, ajak saja anak-anak berkegiatan yang sama-sama senang, seperti dengerin lagu atau nonton film lucu atau di ajak baca buku sama-sama. Sambil rehat, terhibur sekaligus mengisi energi.

  • Kualitas dan kuantitas waktu.
Kualitas hubungan tidak akan tercapai tanpa kuantitas interaksi yang cukup. Setiap tahap perkembangan mempunyai tantangan yang berbeda. Anak pada usia 2 tahun pertama, lebih banyak ingin ditemani orangtuanya dibandingkan dengan usia 4 tahun yang mulai menikmati bermain bersama teman-temannya. Anak juga butuh interaksi dengan beragam orang dewasa, teman sebaya, lebih tua dan lebih muda. Sesekali biarkan anak bermain tanpa kita dan menikmati waktunya bersama orang lain.
Pada bab ini, garis besar untuk saya adalah rasa bersalah. Meskipun 24 jam bersama anak, seringkali saya masih merasa bersalah saat meninggalkan anak-anak tidak bersama saya. Kenapa bisa terjadi? Karena saat bersama mereka saya kurang fokus, jadi saat mereka bersama orang lain dan saya mengerjakan hal yang lain saya jadi merasa bersalah. Solusinya? Mamfaatkan waktu saat bersama anak dengan kualitas yang baik, ikhlaskan mereka berinteraksi dengan orang lan karena mereka juga butuh itu.

  • Mengukur waktu.
Sebagai orangtua, banyak hal yang tentu harus kita lakukan selain membersamai anak. Mengukur dan mengatur waktu dengan baik sangat penting agar setiap hal terlaksana dengan baik. Juga agar kita tidak merasa bersalah ketika tidak selalu bersama anak.
Tips mengukur waktu agar kualitas dan kuantitas waktu menjadi optimal.
Berikut panduan pertanyaan untuk mengukur waktu :
  1. Aktivitas apa yang dianggap penting dan mendesak?
  2. Berapa banyak waktu tersisa?
  3. Berapa banyak waktu yang sengaja dihabiskan bersama anak?
  4. Berapa lama online di dunia digital?
  5. Berapa banyak untuk hal lain:keluarga besar, teman, pekerjaan, hobi dan diri sendiri.
Terus mempertanyakan hal ini dapat membantu berefleksi apakah dalam keseharian kita telah memprioritaskan keluarga?

INTERAKSI PENTING DALAM KELUARGA

Ada dua macam interaksi yang bisa dilakukan dalam keluarga untuk merekatkan hubungan. Yaitu HUMOR DAN BERMAIN. Karena humor dan bermain menjadi memori yang berarti dan melekatkan hubungan. Melalui bermain, anak mengembangkan berbagai aspek positif dalam tahap perkembagannya. Bermain bersama adalah cara yang efektif untuk membuat anggota keluarga lain merasa keberadaannya dihargai dan dianggap penting. Pengalaman ini akan berdampak positif pada kualitas hubungan. Humor, efektif untuk membantu mengurangi ketegangan dan melihat suatu kondisi (misal : saat ktisis keluarga) dengan lebih positif. Tak perlu menjadi pelawak untuk menjadi seorang yang humoris. Dengan memlesetkan kata-kata, merubah mimik wajah anak-anak sudah tertawa girang. Bermain juga bisa dilakukan dengan hal yang sederhana, seperti bermain petak umpet, ci luk ba atau hanya sekedar bernyanyi bersama.
Meskipun dua hal diatas sangat sederhana, tapi keduanya menjadi tantangan buat saya yang tidak humoris dan kurang bisa menikmati bermain bersama anak-anak. Setiap kali si sulung meminta saya bermain, “ayo Ma mainan!”, kepala saya langsung “tuing-tuing” cari ide mau bermain apa. Serasa ingin berlari buka contekan (wk...wk...lucu ya, padahal saya mantan guru PAUD lho!). Jadi seringnya ya saya mengikuti saya maunya mereka main apa. Tugas saya tinggal fokus menemani.



MACAM AKTIVITAS BERMAIN YANG BISA DILAKUKAN BERSAMA ANAK:

  1. FLOOR TIME : Bermain sesuai agenda anak. Permainan dipimpin oleh anak, orangtua mengikuti dan menghargai pilihan permainan anak
  2. ROUGH & TUMBLE : Permainan dengan kontak fisik. Anak belajar mengendalikan tubuh, mengatasi emosi intens.
  3. BERCERITA DAN MEMBACA dengan berbagai bentuk.
  • Membaca adalah cara efektif untuk mengajarkan anak berbagai disiplin ilmu. Melalui bacaan, orangtua juga dapat membahas isu-isu yang sulit untuk dibicarakan langsung.
  1. BERMAIN PERAN DAN PURA-PURA
  • Permainan ini selain penting untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak juga menjadi kesempatan yang baik untuk bertukar peran, menghadapi situasi unik dan memahami prespektif anak.
  1. TANTANGAN FISIK DAN KOMPETESI
  • Menghadapi tantangan dengan sikap positif tanpa bermain curang, mengalami menang/kalah, keberhasilan/kegagalan dalam situasi “aman".

Setelah sesi materi selesai, masing-masing peserta berbagi pengalamannya dan uneg-unegnya dalam memanage waktu. Beda ibu bekerja, beda full time mom. Dua-duanya memiliki tantangan yang berbeda. Bagi ibu bekerja, tantangannya adalah mengatur waktu-waktu yang tersisa agar tetap berkualitas bersama anak. Bagi full time mom, tantangannya adalah tetap menjaga fokus saat bersama anak. Karena meskipun 24 jam bersama, seringkali kualitasnya juga belum maksimal. Berada selalu dekat dengan anak, belum tentu memiliki kualitas kebersamaan yang memadai. Sehingga penting sekali untuk selalu belajar memanage waktu dengan baik mengacu prinsip-prinsip yang sudah dijelaskan diatas.
Kudus, 11 Maret 2018

#day
#Odopfor99days2018
#Rangkumansesiberbagiceritarangkul

-

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer