Berikan Anak-Anak Contoh Nyata Bukan Sekedar Kata-Kata

“Mama darah itu air ya Ma?”
“Kenapa darah warnanya merah Mama?”
“Oo...Cairan itu yang bikin kita hidup ya Mama?”
“Kenapa darahnya bisa keluar Mama?”
Pertanyaan - pertanyaan itu muncul sesaat setelah jari Raisa terluka karena bermain kerotan pensil. Lalu dia meminta Mama mengoleskan lidah buaya ke lukanya karena sebelumnya Raisa juga melihat Mama mengoleskan lidah buaya saat jari mama terluka terkena kulit salak. Jadi beberapa hari sebelumnya, saat mengupas salak jari saya terluka terkena kulit salak. Lalu saya ingat bahwa seringkali anak-anak tidak mau diberi obat saat terluka, bahkan hanya sekedar dibersihkan pun mereka tidak mau. Akhirnya saya punya ide untuk memanfaatkan situasi terlukanya jari saya untuk memberikan pemahaman ke anak-anak bahwa luka akan lebih cepat sembuh jika diobati salah satunya dengan lidah buaya.

Segera saja saya ambil lidah buaya didepan rumah. Lalu saya panggil anak-anak untuk mendekat. Saya perlihatkan jari saya yang terluka dan berdarah kepada anak-anak.
“Lihat ni Raisa, Rafifa jari Mama luka dan berdarah".
“Rasanya sakit”.
“Sekarang Mama olesi lidah buaya supaya lekas sembuh dan mengering".
“Hmmm...Ternyata rasanya juga enak diberi lidah buaya”.
“Lihat ni, luka mama sekarang sudah nggak keluar lagi darahnya ya".
Anak-anak memperhatikan dan mendengarkan setiap penjelasan saya.
Esok harinya dan beberapa hari selanjutnya, saya perlihatkan luka yang semakin mengering. Saya persilahkan mereka memegangnya. Dan saya katakan bahwa sekarang sudah tidak sakit lagi.

Kejadian terlukanya jari Raisa membuat saya sedikit kaget dengan reaksinya. Raisa sama sekali tidak menangis (meskipun ya...sedikit berkaca-kaca) dan secara sukarela dia memberikan jarinya untuk saya obati dengan lidah buaya. Padahal sebelum-sebelumnya Raisa tidak mau kalau terluka akibat terjatuh atau karena apapun diberi obat ataupun lidah buaya.  Seringkali dia juga bereaksi sangat berlebihan saat terluka. Pernah satu kali dia terjatuh dan lututnya terluka. Tergores dan tidak mengeluarkan darah. Selama dua hari dia keukeuh tidak mau berjalan meskipun sudah dibujuk dengan segalam macam cara. Bahkan dia merelakan acara jalan-jalan pagi di car free day yang sangat dia suka. Padahal kami tahu pasti (dengan sedikit test kecil-kecilan) bahwa dia sudah mampu berdiri dan berjalan. Tapi dia tetap keukeuh marekeh nggak mau berdiri dan berjalan, ngesot deh jalannya.



Betewe, kejadian tadi malam membuat saya semakin meyakini bahwa anak-anak butuh contoh nyata, perilaku nyata bukan hanya sekedar nasehat dan omelan.
“Ohh...Mama terluka diberi lidah buaya dan Mama baik-baik saja, lukanya juga cepat mengering", mungkin itu batin mereka. Mereka melihat langsung prosesnya dan hasilnya. Bukan hanya sekedar imbauan yang selama ini sering saya lakukan.
“Nggak apa-apa Raisa diberi lidah buaya, nggak sakit nanti lukanya juga cepat sembuh", selama ini itu hanya ucapan saja namun tidak ada contoh konkritnya sehingga mereka pun hanya membayangkan dan tidak tahu yang sebenarnya. Dengan melihat langsung mereka jadi lebih paham dan mengerti.

Dan yang lebih membuat saya senang, pagi harinya Raisa menunjukkan lukanya dan mengatakan,
“Mama, lihat lukaku sudah kering Ma!”
“Sudah nggak sakit lagi kok Ma!”
“Alhamdulilah ya Ca!”

Yess...Satu pelajaran penting lagi, berikan anak-anak contoh nyata bukan sekedar kata-kata.
Kudus, 18 Maret 2018

#Day16
#Odopfor99days
#CeritaRaisa

Komentar

Postingan Populer