Petualangan ke Wisata Alam Jolong Pati


"Asyik-asyik hari Minggu jalan-jalan"
"Asyik-asyik hari Minggu jalan-jalan"

Dari luar ruang bermain saya mendengar Raisa menyanyikan lagu diatas, lagu ciptaannya sendiri. Lalu saya tanyakan padanya,

Mama :"Memang Raisa pingin jalan-jalan?"
Raisa :"Iya Mama...aku pingin jalan-jalan jauh, bawa bantal, tidur dimobil terus udah nyampe rumah".

Waaah...kalau yang ini Mamanya juga mau (wk...wk...udah lama banget nggak jalan-jalan jauh).

Setelah merayu sang Ayah, dengan alasan anak-anak biar senang sekalian Kung yang mau pulang banyuwangi juga seneng. Akhirnya good news,kita jalan-jalan (yeayyy...). Bad newsnya, kita nggak tau mau kemana.

Bosan jalan-jalan seputar Kudus dan Jepara, kita coba googling tempat wisata daerah Pati. Tempat wisata yang populer di Pati kebanyakan wisata alam (dimana sang Ayah males banget ke tempat beginian). Tapi Mama bilang nggak papa Yah, kita coba dulu. Sampai sebelum berangkat kita belum memutuskan mau kemana. Request Mama kita makan dulu saja di Waroeng Pati.

Setelah makan, baru deh kita diskusi mau kemana. Belum nemu juga akhirnya Ayah memutuskan ke daerah Jolong Pati. Meskipun Ayah belum pernah kesana, yang Ayah tahu, Jolong adalah daerah pegunungan. Cuuss....kita kesana, Mama seneng banget ke daerah wisata alam yang masih asri dan alami.

Sepanjang jalan pun sudah senang sekali, melihat yang hijau-hijau, segar dan adem dihati. Kami hanya mengandalkan google map dan papan penunjuk jalan untuk sampai ke Jolong.



Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit dari Waroeng Pati, sampailah kita di Waduk Gunung Rowo. Jadi Jolong adalah nama sebuah daerah yang terdapat beberapa destinasi wisata, seperti, waduk, air terjun dan kebun kopi. Jalan raya yang sudah mulus memudahkan kami mencapai tujuan. Waduk ini sepertinya dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Kami dikenai tiket masuk 4K per orang. Meskipun hari itu cuaca sangat panas namun udaranya sangat sejuk karena waduk ini dikelilingi pepohonan yang banyak sekali. Pemandangan Gunung Muria menambah indah panorama waduk.


Bale-bale tempat duduk disediakan oleh warung yang ada disekitar waduk. Bale yang menghadap langsung ke waduk, menyaksikan pemandangan waduk dan bapak-bapak nelayan yang mencari ikan. Meskipun kami sudah makan, tapi ngiler juga lihat menu yang jarang kami temukan di kota Kudus.


Menu makan yang menarik hati Mama adalah oseng pakis dan wader goreng. Sedangkan Ayah dan Kung yang pecinta kopi memesan kopi jolong, ternyata enak juga kata Beliau. Sayang sekali, oseng pakis nya tidak ada, karena tidak ada stok sayur pakis. Baiklah kita menikmati wader goreng dan mendoan hangat ditengah cuaca panas namun sejuk semilir. Yang juga membuat senang harga makanan yg enak itu murah meriah, wader goreng secowek plus sambal maknyus nya diberandol 15K, mendoan sepiring 10K, es kopi jolong 4K saja. Waoow...tempat wisata alam yang recomended banget untuk  mengajak seluruh keluarga besar. Mudah dijangkau dan murah meriah.


Setelah puas menikmati waduk, kami pindah destinasi. Rencananya sih mau ke pabrik kopi jolong, yang katanya pak parkir tempatnya tidak terlalu jauh dari waduk. Kami berjalan mengikuti papan arah. Setelah berjalan cukup lama, kami tak menemukan tanda-tanda adanya tempat wisata karena semakin lama jalanan semakin sepi. Di sepanjang jalanan juga tidak ada orang atau rumah penduduk yang bisa kami tanya. Akhirnya karena takut salah arah kami putar balik dan bertanya pada pemilik warung dekat gerbang masuk.

Menurut mbak pemilik warung, ternyata ada dua Jolong, Jolong 1 dan 2. Jolong 1 adalah wisata Bukit Naga dan Air Terjun. Sedangkan Jolong 2 adalah wisata kebun kopi. Arah yang kami tempuh tadi sudah benar menuju Jolong 1, sedangkan untuk ke Jolong 2 kami harus turun gunung dulu.

Akhirnya kami putuskan menuju Jolong 1 bukit Naga dan Air Terjun. Setelah menempuh waktu kurang lebih 15 menit dengan melewati jalanan yang sempit dan naik turun kami sampai di depan pintu gerbang yang ada spanduk air terjun. Jalan masuk itu berupa gang kecil yang sempit dan disekelilingnya sudah penuh dengan rumah penduduk. Karena khawatir mobil kami tidak cukup masuk dan tidak ada area parkir juga akhirnya kami urungkan ke air terjun. Whuaaa...kecewalah kami, tapi bagaimanapun kami harus realistis dengan keadaan.

Kami keluar dari gang dan hendak menuju Bukit Naga yang jalannya searah. Namun kami melihat jalannya semakin menanjak ke atas dan semakin menyempit hanya cukup untuk satu mobil. Kalaupun berpapasan dengan mobil lain harus bergantian. Ayah yang khawatir karena belum tahu medan jalan, akhirnya memutuskan putar balik dan ke Jolong 2 saja.

Hari sudah semakin sore, dan kami menuju kebun kopi jolong mengikuti papan petunjuk arah. Sampailah kami di belokan menuju kebun kopi jolong yang menurut papan nama masih kurang 5 KM lagi. Jalanan yang lebar dan beraspal mulus membuat kami percaya diri bahwa tempat yang kami tuju sudah dekat.

Sepanjang jalan pemandangannya sangat indah memanjakan mata. Tapi 5 KM rasanya terlalu jauh, karena bermenit-menit kami tidak sampai juga ditempat tujuan. Beberapa kali juga kami melewati jalanan berbatu. Di tengah perjalanan kami menemukan papan penunjuk arah bahwa jarak yang masih harus kami tempuh 3 KM lagi. Lagi-lagi kami merasa tertipu, karena 3 KM rasanya jauh sekali, apalagi dengan medan jalanan berbatu dan tanjakan terus menerus.



Sampai pada suatu titik, saat berpapasan dengan mobil lain, mobil kami tiba-tiba berhenti. Deg...Ada rasa khawatir pada diri kami karena berada ditengah hutan dipuncak gunung. Alhamdulillah mobil masih bisa berjalan kembali, namun ada suara-suara "aneh" yang terdengar dari dalam mesin mobil.

Kami masih percaya diri melanjutkan perjalanan, karena kami pikir tempat tujuan sudah dekat sayang kalau harus kembali. Namun sekali lagi, bermenit-menit rasanya belum sampai juga. Dengan kondisi mobil dan kondisi jalan yang semakin menanjak, akhirnya Ayah memutuskan putar balik saja.


Setelah mengistirahatkan mobil, akhirnya kami putar balik. Tentu ada rasa kecewa yang membuncah. Karena menurut penduduk sekitar yang kami tanya, jarak kebun kopi tinggal 500 meter lagi. Berdasar pengalaman sebelumnya, tentu kami tidak percaya begitu saja, karena 500 meter itu bisa berkilo kalau jarak sebenarnya. Kami tidak berani berspekulasi apalagi Ayah juga mulai khawatir dengan kondisi mobil, khawatir kalau benar-benar mogok di puncak gunung. Sekali lagi kami pulang dengan rasa kecewa.

Namun, ditengah-tengah rasa kecewa kami, Blind Journey kali ini memberikan banyak pembelajaran.

Pertama, dari tiga tempat yang kami tuju, hanya satu tempat yang berhasil kami singgahi. Dua tempat lainnya gagal. Disini kami belajar untuk bersyukur dengan pencapaian yang kami raih. Tidak sesuai dengan target awal, namun setidaknya ada hasil yang bisa kami nikmati. Menikmati indahnya waduk dan pemadangan sepanjang perjalanan.

Bukankah seringkali dalam perjalanan hidup kita juga seperti itu? Banyak target yang kita tuju, namun hanya beberapa saja yang tercapai. Tetap syukuri berapapun pencapaiannya dan mensyukuri proses perjalanannya dalam pencapaian tujuan tersebut. Maka rasa kecewa akan tergantikan dengan rasa syukur yang mendalam.

Kedua, belajar realistis. Dengan kondisi jalan dan mobil yang kami belum ketahui, akhirnya kami memutuskan untuk realistis menerima keadaan. Putar balik agar tidak terjadi hal yang lebih fatal. Bukan berarti kami menyerah dan kalah namun kami harus realistis dengan keadaan agar kami bisa membuat rencana yang lebih baik. Diri kami masih ada kemauan dan kemampuan melanjutkan perjalanan, namun sumber daya pendukung seperti mobil tidak mampu lagi menunjang. Akan lebih fatal akibatnya jika kami memaksakan melanjutkan perjalanan.

Bukankah dalam menjalani hidup seringkali juga seperti itu? Ada saatnya kita harus realistis untuk "berhenti" dan "mundur" sejenak, mengatur strategi untuk melangkah lagi dengan langkah yang lebih mantap dan semangat. Dengan harapan hasil yang didapat juga lebih maksimal. Kesannya memang kita kalah dan menyerah, namun kita tetap harus belajar realistis dengan kondisi, mungkin bukan kondisi diri kita tapi kondisi lingkungan sekitar, kondisi sarana penunjang dan lainnya. Menyusun stategi yang lebih baik, mempersiapkan sumber daya yang lebih mumpuni diperlukan untuk pencapaian tujuan yang lebih baik.

Pembelajaran khusus untuk Ayah, jadi tahu kondisi mobil yang sebenarnya dan akhirnya harus masuk bengkel (wk...wk...)

Blind journey kami kali ini sungguh luar biasa, bukan hanya sekedar jalan-jalan untuk memanjakan mata namun juga memberikan pelajaran kehidupan yang berharga.
Kudus, 03 Januari 2017

#ODOPfor99Days2018
#Day2


Komentar

Postingan Populer