Mengatasi Rasa Khawatir sebagai Ibu Baru


Suatu hari saya berkunjung ke rumah kerabat dekat yang habis melahirkan. Lalu beliau  mendekati saya dan bercerita :
"Dek..akhir-akhir ini kalau malam aku gak bisa tidur".
"Kenapa mbak?"
"Gak tahu..aku sering merasa deg-degan dan cemas, bisa nggak ya aku jadi ibu yang baik buat anakku, bisa ngga aku mendidiknya dengan baik?"

Saya yakin perasaan semacam itu, pasti pernah dirasakan oleh setiap ibu. Rasa khawatir, cemas, takut kalau-kalau tidak mampu mengasuh dan mendidik anak dengan baik.

Perasaan takjub dan bahagia pasca melahirkan seorang anak berubah menjadi kekhawatiran akan ketidakmampuan memikul tanggung jawab membesarkan, mendidik dan mengasuh anak.

Pertanyaan yang selalu muncul dalam diri mampukah aku mengemban amanah besar ini, menjadikannya anak yang baik atau justru sebaliknya? Menjadi ibu yang baik atau justru sebaliknya?

Kepanikan luar biasa melanda. Mencari berbagai referensi how to mengasuh dan mendidik anak. Segala macam teori parenting di baca, setiap ada kulwapp  gratis tentang parenting diikuti,  ikut bergabung dengan berbagai macam group parenting, segala mainan yang menunjang perkembangan anak dibeli, juga mengkoleksi video-video DIY mainan anak.

Namun apa yang terjadi? Zonk...bukan ketenangan tapi kepanikan yang semakin menjadi. Karena pada kenyataannya hanya sedikit yang mampu di praktekkan. Makin merasa bersalah saat ternyata praktek komunikasi efektif tak semudah teorinya. Masih saja terdengar suara dengan nada-nada tinggi di rumah. Masih saja keluar kalimat-kalimat menyalahkan, membandingkan dan melabel anak. Kardus bekas dan botol bekas yang sedianya untuk DIY mainan anak, teronggok manis di sudut rumah berbulan-bulan tanpa tersentuh. Dan galau pun terus berlanjut karena hanya sedikit sekali ilmu parenting yang mampu dipraktekkan.

Kepanikan, kebingungan, kegalauan adalah hal yang sangat wajar dialami oleh ibu baru. Setiap ibu baru saya yakin mengalaminya.  Sebagaimana ketika kita memasuki peran baru, pasti ada perasaan bingung mau melakukan apa. Namun, sebenarnya kepanikan dan kebingungan ini adalah pertanda yang baik untuk kita sebagai ibu. Dengan mengalami rasa ini, kita akan semakin tertantang untuk mengatasinya. Terus belajar untuk menemukan solusi yang tepat. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai ibu baru?
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai ibu baru :

1. Rileks
Iyees...hal pertama yang harus kita lakukan adalah rileks. Tenang bukan tenang-tenang saja ya... Tenang karena kita yakin anak adalah titipan Allah. Tentu Allah tidak menitipkan anak secara sembarangan kepada kita. Pasti Allah sudah memberi bekal yang cukup kepada kita sehingga layak dititipi seorang anak untuk kita didik dan asuh.

Sebagai ibu, modal awal dari Allah adalah rasa cinta dan kasih sayang pada anak-anak kita. Setiap kita sudah dibekali hormon oksitosin atau hormon cinta. Hormon ini menghasilkan empati, kepedulian dan rasa percaya antara ibu dan anak.

Namun hormon ini tidak serta merta hadir melimpah, dia harus dirangsang. Kadar oksitosin meningkat ketika seseorang menghabiskan banyak waktu untuk berkasih sayang yaitu membelai, mencium, memeluk, bercanda dengan sasaran cintanya. Kalau ibu ya kepada anaknya.

Alllah Maha Baik, bayi yang baru lahir bahkan sampai usianya dua tahun baunya wangi membuat siapapun ingin mencium dan memeluknya. Keringat bayi juga segar gak ada asem-asemnya kaya kita yang udah tua (wk..wk...). Jadi, semua sudah disediakan Allah dengan sangat baik, tinggal kita yang harus memanfaatkannya dengan maksimal.

Anjuran memberi ASI pada bayi sampai usia 2 tahun juga sarana yang diberikan Allah pada kita. Memberi ASI secara langsung dapat dengan signifikan menumbuhkan benih-benih kasih sayang pada anak. Dalam proses itu ada kontak skin to skin, kontak mata, saling bertukar senyum, dan membelai rambut anak. Hormon oksitosin akan keluar deras pada masa ini.

Ketika rasa cinta dan sayang sudah tumbuh mekar mewangi, biasanya kita akan melakukan apapun untuk orang yang kita sayangi. Sayangnya, seringkali rasa cinta kepada anak hanya dimaknai dengan pemenuhan kebutuhan materi yang berlimpah. Memberikan pakaian bagus dan mahal, dibelikan mainan super canggih nan menguras isi dompet. Tentu saja hal tersebut sah-sah saja sesuai dengan kemampuan masing-masing. Selama kebutuhan-kebutuhan yang paling esensi untuk anak juga terpenuhi.

Oleh karena itu, untuk mengasuh dan mendidik anak, rasa cinta saja tidak cukup, cinta harus dilengkapi dengan pengetahuan.

2. Berdoa, memohon petunjuk kepada Sang Pemberi Amanah
Anak adalah ciptaan Allah yang dititipkan kepada kita orangtuanya. Sudah pasti dong hanya Allah saja yang tahu apa yang terbaik bagi anak kita.

Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa tahu yang terbaik untuk anak?
Yup...caranya adalah dengan berdo'a kepada Sang Pencipta agar kita diberi petunjuk cara mendidik dan mengasuh anak.

Sudah banyak bukti, anak-anak yang dilahirkan dari orangtua tak berpunya dan tak berpendidikan bisa menjadi anak yang berkarakter baik dan bermanfaat untuk sekitarnya. Tentu itu adalah wujud dari do'a kedua orangtuanya.

Lalu, apakah cukup berdo'a saja lantas kita berleha-leha menunggu keajaiban datang tanpa berusaha sebaik mungkin menerapkan model pendidikan yang akan menuntun anak pada karakter yang baik?

Jawabnya tentuk tidak...modal cinta dan do'a saja tidak cukup. Kita semua butuh ilmu dan pengetahuan...

3. Mencari bekal secara bertahap
Pernah kan mom..lihat iklan susu pra kehamilan? Disitu disebutkan bahwa rencana mau hamil saja sudah harus dipersiapkan sejak awal.
Sebenarnya hal ini menyiratkan bahwa setelah menikah dan berencana punya anak sedari awal kita sudah harus menyiapkan semuanya. Ya fisiknya...ya psikisnya...ya...ilmunya...
Setidaknya setiap calon ibu harus tahu dasar-dasar ilmu fiiologis, psikologis dan agama. Bagaimana menjalani kehamilan yang sehat, do'a apa yang sebaiknya kita panjatkan saat hamil. Amalan apa yang sebaiknya kita lakukan saat hamil, makanan apa yang sebaiknya kita konsumsi agar ibu dan bayi sehat, apa itu morning sick dan bagaimana mengatasinya, bagaimana merawat bayi yang baru lahir, makanan apa yang sebaiknya kita berikan saat dia mulai MPASI, apa yang sebiknya kita lakukan saat anak GTM gak maumakan, pengetahuan ini penting kita ketahui untuk memfasilitasi anak tumbuh optimal.

Pengetahuan dasar psikologis juga penting kita ketahui. Bagamana mengatasi rasa khawatir saat hamil, menangani anak saat menangis, mengatasi tantrum anak, mengahadapi sibling rivalvy, komunikasi efektif dengan anak. Pengetahuan psikologis ini penting, agar kita gak stress menghadapi anak dan yang penting agar jiwa anak bertumbuh sehat. Semua ada ilmunya dan bisa dipelajari.

Wadduuh...pusing ya banyak banget yang musti dipelajari.
Weitts...tenang aza. .Allah Maha Baik banget...
Anak-anak kita bukan seperti anak sapi, anak kambing, anak gajah, anak ayam yang begitu lahir langsung bisa berdiri, berjalan, berlari, bahkan bisa makan sendiri.

Allah menciptakan anak-anak kita dengan pertumbuhan dan perkembangan yang harus dilalui setahap demi setahap. So...ini sangat memudahkan kita untuk belajar pelan-pelan, satu-satu.

Saat masih hamil ya belajar seputar kehamilan
Saat sebelum melahirkan ya belajar tips melahirkan yang aman dan lancar
Saat anak lahir ya belajar bagamana cara merawat bayi dan memberi ASI
Saat anak mulai MPASI yang belajar seluk beluk MPASi
Saat anak mulai tantrum ya belajar tentang tantrum dan cara mengatasinya
Begitu seterusnya belajar tiada akhir...

Jaman now udah gak susah cari ilmu, ada banyak ahli yang bisa kita tanya, ada orangtua yang bisa kita kulik pengalamannya, ada mbah google yang baik hati begitu kita klik langsung ilmunya dibagi-bagi, ada berbagai macam group kullwap parenting bertebaran di medsos, ada seminar-seminar parenting yang bisa kita ikuti.
Semua fasilitas belajar saat ini  mudah sekali didapat, tinggal kita mau belajar atau tidak.

4. Do the best
Modal cinta dan kasih sayang sudah dikasih,  doa juga sudah dipanjatkan, ilmu juga sudah dikantongi, lalu apa lagi? Cukupkah?
Tentu tidak...hal selanjutnya yang tak kalah penting yaitu praktek..praktek..praktek. Parenting itu tentang melakukan dan memberi teladan. Ilmu tanpa praktek bagaikan sayur tanpa garam, hambaaar...

Tetap rileks, lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan setahap demi setahap. Dengan berjalannya waktu, kita akan semakin mahir menyelaraskan antara ilmu dan praktrek, semakin mahir menghadapi tantangan mendidik dan mengasuh anak. Dan pada suatu masa akan kita dapati diri kita berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti kata edukasionalis Naomi Aldort, mendidik anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri:raising children, raising ourselves.

5. Hasilnya serahkan pada Allah
Jika semua ikhtiar sudah dilakukan, ya sudah serahkan semua pada Allah. Kita nggak pernah tahu, doa mana yang sudah kita panjatkan yang dikabulkan Allah, ikhtiar mana yang sudah kita lakukan yang diberkahi Allah. Tugas kita adalah berdo'a dan berikhtiar dalam mendidik dan mengasuh anak-anak titipan Allah. Hasil akhirnya adalah hak prerogatif Allah. Semoga hasil itu adalah hasil yang terbaik untuk kita dan anak-anak kita. Aamiin

Dengan memahami dan meyakini bahwa anak-anak adalah milik Allah dan hanya dititipkan saja pada kita, maka kita juga harus yakin bahwa setiap langkah kita dalam mendidik dan mengasuhnya juga akan dibimbing dan dituntunnya. Selalu mendekat...mendekat...dan mendekat agar petunjuk itu juga semakin dekat.
Kudus, 06 November 2017

#menuliscarakumengatasikekhawatiran
#funparenting
#odopfor99days73

Komentar

Postingan Populer