Ibu Biasa
"Ayah, please malam ini nggak usah jalan-jalan ya!", Pinta saya pada suami. Permintaan yang tidak biasa. Karena biasanya malam minggu hampir selalu minta keluar rumah.
Ya...mulai malam minggu ini, saya tidak akan minta jalan-jalan. Sekedar mencari angin atau kulineran. Ada yang lebih menarik bagi saya. Yaitu Oshin dan Little house on the praire. Dua film jadul yang tayang lagi di TVRI. Film saat saya masih kecil. Bahkan saya harus meminta ijin khusus kepada anak-anak agar mengijinkan ibunya ini menonton telivisi, di jam yang bukan screentime. Saya mengajak mereka menonton bersama, karena saya pikir dua film ini juga layak ditonton anak-anak. Banyak pelajaran yang bisa mereka ambil. Sepanjang film, Raisa tak berhenti bertanya.
Sebenarnya saya tidak terlalu ingat dengan jalan cerita film ini. Namun, ada segores kenangan manis dihati jika mendengar kedua film ini. Sejauh yang saya ingat, kedua film ini bagus, itu saja.
Dan benar saja, menonton kedua film ini secara maraton dari jam 19.00-21.00 membuat emosi saya teraduk - aduk. Rasa haru serta sejumlah pembelajaran tentang sesosok ibu dan perannya saya dapat dari kedua film ini.
Oshin...
Diceritakan tentang oshin dewasa yang teringat kenangannya saat masih kecil. Di tengah himpitan ekonomi, Oshin kecil tetap merasa bahagia karena kasih sayang yang besar dari ibu dan neneknya. Bukan makanan enak dan rumah mewah yang dibutuhkan seorang anak. Kasih sayang yang tulus sudah cukup membuatnya bahagia. Kenangan manis yang tak lekang oleh waktu.
Little house on the praire.
Laura dan keluarganya hidup di sebuah ladang rumput. Sama seperti Oshin, kehidupannya juga sangat sederhana. Namun kesederhaan tersebut tak membuatnya sedih karena hidupnya diliputi kasih sayang dari ayah dan ibunya. Suatu hari, laura mendapat tugas menulis sebuah karangan untuk dibacakan di depan kelas . Laura menulis tentang ibunya. Ibunya yang sangat menyayanginya, yang memasak, menjahit, membersihkan rumah, mengurus ternak dan mengasuhnya. Hal terakhir yang dia lihat sebelum tidur adalah senyum ibunya. Hal pertama yang dia lihat setelah bangun tidur adalah senyum ibunya.
Dari kedua film ini saya mengambil kesimpulan bahwa ibu mereka adalah ibu biasa yang melakukan hal-hal biasa.Hal-hal yang sudah seharusnya dan sepatutnya di lakukan oleh seorang ibu. Bukan hal-hal besar dan luar biasa, tapi hal kecil, sepele dan sudah umumnya dilakukan oleh seorang ibu ternyata menjadi sesuatu yang sangat berarti untuk anak-anak. Mencium, memeluk, merawat, memasak, tersenyum, mengurus rumah, menemani anak adalah hal yang memang umumnya dilakukan oleh seorang ibu.
Ya...mulai malam minggu ini, saya tidak akan minta jalan-jalan. Sekedar mencari angin atau kulineran. Ada yang lebih menarik bagi saya. Yaitu Oshin dan Little house on the praire. Dua film jadul yang tayang lagi di TVRI. Film saat saya masih kecil. Bahkan saya harus meminta ijin khusus kepada anak-anak agar mengijinkan ibunya ini menonton telivisi, di jam yang bukan screentime. Saya mengajak mereka menonton bersama, karena saya pikir dua film ini juga layak ditonton anak-anak. Banyak pelajaran yang bisa mereka ambil. Sepanjang film, Raisa tak berhenti bertanya.
Sebenarnya saya tidak terlalu ingat dengan jalan cerita film ini. Namun, ada segores kenangan manis dihati jika mendengar kedua film ini. Sejauh yang saya ingat, kedua film ini bagus, itu saja.
Dan benar saja, menonton kedua film ini secara maraton dari jam 19.00-21.00 membuat emosi saya teraduk - aduk. Rasa haru serta sejumlah pembelajaran tentang sesosok ibu dan perannya saya dapat dari kedua film ini.
Oshin...
Diceritakan tentang oshin dewasa yang teringat kenangannya saat masih kecil. Di tengah himpitan ekonomi, Oshin kecil tetap merasa bahagia karena kasih sayang yang besar dari ibu dan neneknya. Bukan makanan enak dan rumah mewah yang dibutuhkan seorang anak. Kasih sayang yang tulus sudah cukup membuatnya bahagia. Kenangan manis yang tak lekang oleh waktu.
Little house on the praire.
Laura dan keluarganya hidup di sebuah ladang rumput. Sama seperti Oshin, kehidupannya juga sangat sederhana. Namun kesederhaan tersebut tak membuatnya sedih karena hidupnya diliputi kasih sayang dari ayah dan ibunya. Suatu hari, laura mendapat tugas menulis sebuah karangan untuk dibacakan di depan kelas . Laura menulis tentang ibunya. Ibunya yang sangat menyayanginya, yang memasak, menjahit, membersihkan rumah, mengurus ternak dan mengasuhnya. Hal terakhir yang dia lihat sebelum tidur adalah senyum ibunya. Hal pertama yang dia lihat setelah bangun tidur adalah senyum ibunya.
Dari kedua film ini saya mengambil kesimpulan bahwa ibu mereka adalah ibu biasa yang melakukan hal-hal biasa.Hal-hal yang sudah seharusnya dan sepatutnya di lakukan oleh seorang ibu. Bukan hal-hal besar dan luar biasa, tapi hal kecil, sepele dan sudah umumnya dilakukan oleh seorang ibu ternyata menjadi sesuatu yang sangat berarti untuk anak-anak. Mencium, memeluk, merawat, memasak, tersenyum, mengurus rumah, menemani anak adalah hal yang memang umumnya dilakukan oleh seorang ibu.
Setelah menonton kedua film ini, mata saya sembab karena menangis. Menangisi diri saya sendiri. Sungguh, selama ini hal-hal yang sudah seharusnya dan umumnya dilakukan seorang ibu, tidak saya lakukan dengan sepenuh hati.
Pagi hari, disaat seharusnya saya sambut anak-anak dengan senyuman justru saya sedang kemrungsung dengan kegiatan pagi. Malam hari, disaat seharusnya saya antar tidur mereka dengan senyuman. Justru saya sedang sibuk dengan rencana-rencana saya setelah mereka tidur.
Saya tahu, tidak harus menjadi ibu yang sempurna untuk disayang anak-anak. Tetapi dengan melakukan hal biasa dan umumnya dilakukan seorang ibu dengan sepenuh hati itu sudah cukup. Bukan hanya anak yang bahagia, tapi diri kita pun juga akan bahagia karena sudah melakukan tugas dan kewajiban dengan baik.
Kudus, 06 Oktober 2018
Komentar
Posting Komentar